7 Kebiasaan Orang yang Sangat Efektif

Kita semua pasti ada ingin untuk sukses, dan salah satu upaya menuju sukses adalah dengan mengidentifikasi berbagai kebiasaan yang dapat membantu kita dalam perjalanan karir kita.

Karakter merupakan gabungan dari kebiasaan-kebiasaan kita. Kebiasaan sulit berubah, tetapi bisa dirubah dengan komitmen yang sungguh-sungguh. Kebiasaan (habits) yang baik adalah persinggungan antara pengetahuan (knowlegde), keahlian (skill) dan keinginan (desire).

Maka dari itu diperlukan sebuah buku yang dapat membangun kebiasaan setiap orang untuk menjadi sukses. Seperti buku yang ditulis oleh Stephen R Covey dalam bukunya yang berjudul “7 Habbits Highly Effective person”, dalam bukunya Stephen menuliskan bahwa ada 7 Kebiasaan Orang yang Sangat Efektif untuk menjadikan seseorang sukses.

Kebiasaan adalah aktivitas yang dikerjakan tanpa perlu berpikir dulu dan 7 kebiasaan yang paling efektif menurut Covey yaitu proaktif, dahulukan yang utama, pikirkan menang-menang, berusaha mengerti dahulu baru minta dimengerti, wujudkan kerjasama kreatif, dan prinsip keseimbangan pembaharuan diri.

“7 Habits of Highly Effective People” atau dalam bahasa Indonesia “7 Kebiasaan Orang yang Sangat Efektif” yang ditulis oleh Stephen R. Covey merupakan sebuah buku pengembangan diri yang ditulis berdasarkan keyakinan Stephen R. Covey bahwa cara kita melihat dunia sepenuhnya didasarkan pada persepsi kita sendiri.

Untuk mengubah situasi tertentu, kita harus mengubah diri kita sendiri, dan untuk mengubah diri kita sendiri, kita harus mampu mengubah persepsi kita.

Berikut ini merupakan rangkuman dari 7 Kebiasaan Orang yang Sangat Efektif menurut Stephen R. Covey.

1 Jadilah Proaktif

Kebiasaan pertama yang dibahas Stephen R. Covey dalam bukunya adalah bersikap proaktif.

Foto by pexels.com

Apa yang membedakan kita sebagai manusia dari hewan adalah kemampuan untuk mengidentifikasi karakter kita sendiri dan untuk menentukan bagaimana kita memandang diri kita sendiri dan situasi kita, dan untuk mengendalikan keefektifan diri kita sendiri.

orang yang memberikan respon secara sadar dengan pertimbangan yang matang, dengan kata lain proaktif adalah kebalikan dari reaktif. itulah yang di maksut bersikap proaktif.

yang perlu kamu sadari bahwa kita bertanggung jawab atas diri kita sendiri, bukan orang lain. karena itu Diri kita sendirilah yang menentukan skenario apa yang ingin kita jalani hidup ini. karena Orang yang bersifat reaktif biasanya mengambil sikap pasif.

Mereka percaya bahwa apa yang terjadi, memang sudah seharusnya terjadi, sehingga mereka berpikiran seperti itu, Mereka berpikir bahwa masalahnya ada “di luar sana” padahal masalahnya ada pada pikirannya sendiri, sehingga orang-orang reaktif ini merasa diri mereka adalah korban (mental korban).

Sementara orang bersifat proaktif akan menyadari bahwa mereka lah yang bertanggung jawab terhadap apa yang terjadi, namun juga memiliki kemampuan untuk memilih bagaimana mereka merespon stimulus atau situasi tertentu.

Agar kamu bisa bersifat proaktif, kita harus fokus pada Circle of Influence yang ada di dalam Circle of Concern kita dengan kata lain, kita harus mengerjakan hal-hal yang dapat kita lakukan. dan Energi positif yang kita keluarkan akan menyebabkan Circle of Influence kita berkembang.

Baca Juga :

2 Mulailah dari Akhir dalam Pikiran

selanjutnya Mulailah dengan tujuan yang jelas dalam pikiran.

Foto by unsplah.com

Stephen R. Covey mengatakan bahwa kita dapat menggunakan imajinasi kita untuk mengembangkan visi tentang apa yang kita inginkan dan menggunakan hati nurani kita untuk memutuskan nilai-nilai apa yang akan kita adaptasi.

Sebagian besar dari kita merasa tidak sulit untuk membuat diri kita sibuk, bekerja lebih keras untuk meraih kesuksesan, pendapatan yang lebih besar, dan pengakuan, akan tetapi kita jarang berhenti sejenak untuk mengevaluasi makna di balik berbagai kesibukan dan pencapaian tersebut.

kamu harus tanyakan pada diri sendiri, apakah hal-hal yang kamu fokuskan dengan sungguh-sungguh ini benar-benar penting bagi diri sendiri.

Habit kedua ini memberikan saran bahwa dalam segala hal yang kita lakukan, kita harus mulai dengan tujuan akhir, dan memulai dengan tujuan yang jelas. Dengan begitu, kita bisa memastikan langkah yang kita ambil berada di arah yang kita inginkan.

self-awareness kita memberikan kekuatan bagi diri kita untuk membentuk hidup kita sendiri, alih-alih menjalani hidup kita secara rendom atau berdasarkan standar atau preferensi orang lain.

Memulai dengan tujuan akhir juga sangat penting. Menjadi seorang manajer adalah tentang mengoptimalkan efisiensi. tapi menjadi seorang pemimpin adalah tentang menetapkan visi strategis yang tepat untuk organisasi sejak awal, dan sekarang bertanya, “Apa yang ingin kita capai?”

Sebelum kamu sebagai individu atau organisasi dapat mulai menetapkan dan mencapai tujuan, kita harus mampu mengidentifikasi nilai-nilai kita. Penting juga untuk mengidentifikasi yang menjadi fokus bagi diri kita. Apa pun yang menjadi fokus dari kehidupan kita akan menjadi sumber keamanan, bimbingan, kebijaksanaan, dan kekuatan kita.

Fokus diri kita mempengaruhi kita secara mendasar. Mulai dari menentukan keputusan, tindakan, dan motivasi kita sehari-hari, serta interpretasi kita terhadap peristiwa. Kita harus mengidentifikasi prinsip-prinsip abadi dan tidak berubah dalam menjalani hidup kita. Prinsip-prinsip abadi ini yang akan memberi kita panduan untuk menyelaraskan perilaku kita dengan keyakinan dan nilai-nilai kita.

IDCloudHost | SSD Cloud Hosting Indonesia

3 Dahulukan yang Penting

Untuk bisa mengelola diri kita secara efektif, kita harus mengutamakan hal-hal pertama. Kita harus memiliki disiplin untuk memprioritaskan tindakan kita sehari-hari berdasarkan apa yang paling penting, bukan yang paling mendesak.

Foto by pexels.com

Dalam Kebiasaan 2, kita membahas pentingnya menentukan nilai-nilai kita dan memahami apa yang ingin kita capai. Kebiasaan 3 adalah tentang benar-benar mengejar tujuan-tujuan ini, dan melaksanakan prioritas kita setiap hari, dari waktu ke waktu.

Untuk menjaga disiplin dan fokus untuk tetap berada di jalur menuju tujuan kita, kita perlu memiliki kemauan untuk melakukan sesuatu ketika kita tidak ingin melakukannya. Kita perlu bertindak sesuai dengan nilai-nilai kita daripada keinginan atau dorongan hati kita pada saat tertentu.

KIta bereaksi terhadap hal-hal yang mendesak. Namun jika kita menghabiskan waktu kita untuk melakukan hal-hal yang tidak penting, artinya kita mengabaikan Kuadran II, yang sebenarnya paling krusial dari semuanya.

4 Think Win-Win

Untuk bisa membangun hubungan yang saling bergantung satu sama lain yang efektif, kita harus berkomitmen untuk menciptakan situasi Win-Win yang menguntungkan dan memuaskan masing-masing pihak.

Enam paradigma interaksi manusia menurut Stephen R. Covey :

  1. Win-Win : Masing-masing pihak menang. Kesepakatan atau solusi yang saling menguntungkan dan memuaskan kedua belah pihak.
  2. Win-Lose : Orang dengan paradigma Win-Lose cenderung menggunakan posisi, kekuasaan, kepemilikan, dan kepribadian untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.
  3. Lose-Win : Orang dengan paradigma Lose-Win lebih suka menjaga perdamaian dengan mengalah demi untuk menjaga hubungan. Namun sebenarnya dalam jangka panjang, penumpukan kebencian bisa dengan mudah menyebabkan kehancuran hubungan.
  4. Lose-Lose : Biasanya terjadi ketika dua orang dengan paradigma Win-Lose bertemu dan bekerja sama, keduanya memiliki determinasi, keras kepala, memiliki ego tinggi, maka akan menghasilkan situasi Lose-Lose.
  5. Win : Orang dengan mentalitas Win sebenarnya tidak selalu ingin orang lain kalah, namun yang penting mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan –baik dengan situasi Win-Win, maupun Win-Lose.
  6. Win-Win or No Deal : Jika kita tidak bisa mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan, maka memilih tidak sepakat.

Model yang paling tepat tergantung pada situasi. Jika kita mementingkan hubungan, maka Win-Win adalah satu-satunya alternatif yang terbaik. Namun dalam situasi kompetitif di mana tidak mementingkan membangun hubungan, Win-Lose bisa aja menjadi opsi yang tepat.

Opsi Win-Win or No Deal penting untuk digunakan sebagai cadangan. Ketika kita memiliki kemungkinan “No Deal” sebagai pilihan dalam pikiran kita, itu akan mencegah kita dari keharusan memanipulasi dan merugikan orang untuk mencapai apa yang kita inginkan.

“Untuk mendapatkan Win-Win, Anda tidak hanya harus bersikap baik, Anda juga harus berani.”

Stephen Covey

Faktor penting lainnya mengupayakan situasi Win-Win adalah mempertahankan “mentalitas keberlimpahan”, atau keyakinan bahwa ada banyak hal di luar sana untuk semua orang.

Kebanyakan orang memiliki “mentalitas kelangkaan”, di mana mereka bertindak seolah-olah semuanya adalah zero-sum (jika Anda mendapatkannya, maka saya tidak). Orang dengan mentalitas kelangkaan sangat sulit untuk berbagi pengakuan, penghargaan dan merasa sulit untuk benar-benar bahagia atas keberhasilan orang lain.

Dalam hal kepemimpinan interpersonal

semakin genuine karakter kita, maka semakin tinggi pula tingkat proaktif kita : semakin berkomitmen kita untuk Win-Win, maka influence kita juga akan semakin kuat.

Untuk mencapai Win-Win, kita harus tetap fokus pada hasil, bukan metode : pada masalahnya, bukan orangnya.

Terakhir, “semangat Win-Win nggak bisa survive dalam lingkungan persaingan atau kontes”. karena itu, kita perlu menyelaraskan sistem penghargaan dengan tujuan dan nilai-nilai organisasi, dan memiliki sistem untuk mendukung Win-Win, misalnya dengan menciptakan sistem kompensasi yang berdasarkan pada produktivitas.

5. Berusahalah untuk mengerti orang lain dahulu, baru kemudian dimengerti

Sebelum bisa menawarkan sebuah nasihat, menyarankan solusi, atau berinteraksi secara efektif dengan orang lain dengan cara apa pun, kita harus berusaha memahami mereka dan perspektif mereka secara mendalam melalui mendengarkan secara empatik.

foto by pexels

sebagai contoh : kita pergi ke dokter mata dan bilang ke dokter tersebut bahwa kita mengalami kesulitan melihat dengan jelas. Lalu sang dokter melepas kacamatanya, dan memberikannya kepada kita lalu berkata, “Coba ini deh. Kaca mata ini sangat efektif dan sudah membantu saya melihat dari dulu.” Lalu kita memakai kaca mata tersebut, tapi malah memperburuk keadaan.

Apakah kemungkinan kita akan kembali ke dokter mata itu? Sayangnya, kita melakukan hal yang sama dalam berinteraksi kita sehari-hari dengan orang lain. Kita malah menentukan solusi sebelum kita mendiagnosis masalah, bukannya berusaha untuk memahami masalah secara mendalam terlebih dulu.

Kebiasaan ke-5 ini mengatakan bahwa kita harus berusaha terlebih dulu memahami, baru kemudian dipahami. Untuk berusaha memahami, kita harus belajar mendengarkan.

IDCloudHost | SSD Cloud Hosting Indonesia

6 Synergize

Dengan memahami dan menghargai perbedaan perspektif orang lain, kita bisa berkesempatan untuk menciptakan sinergi yang memungkinkan kita untuk membuka opportunity baru melalui keterbukaan dan kreativitas.

foto by pexels

Sederhananya, sinergi berarti “dua kepala lebih baik dari satu.” Bersinergi adalah kebiasaan kerja sama yang kreatif, keterbukaan pikiran, dan petualangan menemukan solusi baru untuk masalah lama.

Sinergi nggak terbentuk begitu aja, melainkan butuh proses, dan melalui proses itu, setiap orang membawa semua pengalaman dan keahlian mereka, kemudian bersama-sama menghasilkan hasil yang jauh lebih baik daripada yang bisa dilakukan secara individu.

Sinergi memungkinkan kita menemukan bersama hal-hal yang kecil kemungkinannya kita temukan sendiri.

Stephen R. Covey mengibaratkan “sinergi” seperti “satu tambah satu sama dengan tiga atau enam atau enam puluh, atau bahkan lebih”, di mana penjumlahannya bisa mendapatkan hasil yang lebih besar.

Kombinasi dari semua Habits of Highly Effective People mempersiapkan diri kita untuk kebiasaan ke-6 ini. Untuk kita bisa memperkenalkan sinergi pada situasi atau lingkungan tertentu, mulailah dengan kebiasaan 4 dan 5, di mana kita harus berprinsip Win-Win dan berusaha memahami terlebih dulu. Setelah kita menguasainya, kita akan bisa menyatukan tujuan kita dengan tujuan orang atau kelompok lain.

Dengan mengedepankan semangat kepercayaan dan keamanan, kita akan mendorong satu sama lain untuk menjadi sangat terbuka dan saling memberi masukan dan ide, sehingga menciptakan sinergi.

Esensi sebenarnya dari sinergi adalah menghargai perbedaan, baik itu perbedaan mental, emosional, dan psikologis di antara masing-masing personil. Ketika seseorang punya sudut pandang berbeda, kita bisa bilang, “Bagus! Kamu bisa melihat sesuatu dengan cara berbeda! Bantu saya melihat apa lagi yang kamu lihat.”

Lagi pula, kalau misalnya ada dua orang punya pendapat yang selalu sama, lalu untuk apa harus berdua?

Kita berusaha terlebih dulu untuk memahami, dan kemudian temukan kekuatan dan peran dalam perspektif yang berbeda untuk menciptakan opportunity baru dan menghasilkan Win-Win.

7. Asahlah gergaji

Agar efektif, kita harus meluangkan waktu untuk memperbarui (Renewing) diri kita secara fisik, spiritual, mental, dan sosial. Kebiasaan 7 Kebiasaan Orang yang Sangat Efektif merupakan kebiasaan merawat tubuh dengan makan yang benar, berolahraga, dan tidur yang cukup.

Foto by Pexels

Kebiasaan ini juga tentang kebiasaan menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman ; untuk belajar dalam banyak cara dan banyak tempat, tidak hanya di sekolah. Kebiasaannya tentang meluangkan waktu untuk menemukan cara yang berarti untuk membantu orang lain.

Ada empat dimensi sifat kita, dan masing-masing harus dilakukan secara teratur, dan dengan cara yang seimbang:

Dimensi Fisik

Tujuan dari perbaikan fisik yang berkelanjutan, untuk melatih tubuh kita dengan cara yang akan meningkatkan kapasitas kita untuk bekerja, beradaptasi, dan menikmati. Untuk memperbaharui diri kita secara fisik, kita harus:

  • Makan dengan baik.
  • Istirahat dan relaksasi yang cukup.
  • Berolahraga secara teratur untuk membangun daya tahan, kelenturan, dan kekuatan.

Berfokus pada dimensi fisik membantu kita mengembangkan kebiasaan 1 otot proaktif. Kita bertindak berdasarkan nilai kesejahteraan, daripada bereaksi terhadap kekuatan yang menjauhkan kita dari kebugaran.

Dimensi Spiritual

Tujuan memperbaharui diri spiritual kita adalah untuk memberikan kepemimpinan dalam hidup kita dan memperkuat komitmen kita terhadap sistem nilai kita. Untuk memperbarui diri secara rohani, kita bisa melakukan:

  • Berlatih meditasi setiap hari.
  • Berkomunikasi dengan alam.
  • Benamkan diri Anda dalam sastra atau musik yang hebat.

Fokus pada dimensi spiritual kita membantu kita mempraktikkan Kebiasaan 2, karena kita terus-menerus merevisi dan berkomitmen pada nilai-nilai kita, sehingga kita bisa begin with the end in mind.

Dimensi Mental

Tujuan memperbarui kesehatan mental kita adalah untuk terus memperluas pikiran kita. Untuk memperbarui diri secara mental, kita bisa melakukan:

  • Membaca literatur yang bagus.
  • Membuat jurnal tentang pemikiran, pengalaman, dan wawasan Anda.
  • Membatasi menonton televisi hanya untuk program-program yang memperkaya hidup dan pikiran Anda.

Berfokus pada dimensi mental bisa membantu kita mempraktikkan Kebiasaan 3 dengan mengelola diri kita sendiri secara efektif untuk memaksimalkan penggunaan waktu dan sumber daya kita.

Dimensi Sosial/Emosional :

Tujuan memperbarui diri secara sosial adalah untuk mengembangkan hubungan yang bermakna. Untuk memperbarui diri secara emosional, kita bisa melakukan:

  • Berusaha memahami orang lain secara mendalam.
  • Memberikan kontribusi untuk proyek yang berarti yang meningkatkan kehidupan orang lain.
  • Mempertahankan Mentalitas Kelimpahan, dan berusahalah untuk membantu orang lain menemukan kesuksesan.

Memperbarui dimensi sosial dan emosional bisa membantu kita mempraktikkan Kebiasaan 4, 5, dan 6 dengan meyakini bahwa solusi Win-Win memang ada, berusaha memahami orang lain, dan menemukan alternatif ketiga yang saling menguntungkan melalui sinergi

Saat kita fokus untuk memperbaharui diri kita di sepanjang empat dimensi ini, kita juga harus berusaha menjadi penulis naskah yang positif bagi orang lain. Kita harus berupaya menginspirasi orang lain ke jalan yang lebih tinggi dengan menunjukkan kepada mereka bahwa kita percaya pada mereka, dengan mendengarkan mereka secara empatik, dan dengan mendorong mereka untuk proaktif.

Keindahan sejati dari 7 Kebiasaan Orang yang Sangat Efektif adalah bahwa perbaikan dalam satu kebiasaan secara sinergis meningkatkan kemampuan kita untuk memperbaiki kebiasaan lainnya.

Semoga artikel ini bisa menambah wawasan dan pengetahuan kamu

IDCloudHost | SSD Cloud Hosting Indonesia
Share your love

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *