Physical Address
admin@arphamandiri.com
Mungkin kau sudah tidak asing dengan sebutan daddy issues atau kamu baru mendengar nya, baik itu dari media sosial maupun teman sendiri.
Tapi sayangnya banyak yang tak tahu betul arti dari istilah ini, sehingga sebutan daddy issues sering kali disalah artikan dan disalahgunakan, apakah kamu sendiri tahu apa itu daddy issues
Dalam artikel ini saya akan membahas apa itu daddy issues dari sisi pesikologi dampak dan cara mengatasinya, mari kita simak
Daddy issues ini bukan merupakan istilah medis resmi atau gangguan mental, melainkan sebuah ungkapan umum yang digunakan dalam obrolan untuk membicarakan dampak dari tidak adanya figur ayah yang ideal saat kecil.
Seorang dengan yang mengalami daddy issues antara memiliki hubungan yang jauh dan tidak dekat, ataupun hubungan yang dekat secara tidak proporsional dengan ayah mereka.
Istilah ini sering kali digunakan untuk meremehkan wanita dalam hubungan romantis, terutama mereka yang berpacaran dengan pria yang lebih tua, menyebut pasangan seksual mereka “ayah”, dan perilaku seksual lainnya yang mungkin dianggap menyimpang atau tidak biasa.
Padahal Daddy issues dapat dimiliki semua orang terlepas jenis gender mereka. Siapa pun yang memiliki hubungan disfungsional dan tidak sehat dengan ayah mereka sangat berpotensi memiliki daddy issues.
Baca Juga : Sejarah Hari Buruh Internasional ( 1 Mei ) dan Kegiatan yang dilakukan
Seseorang dengan daddy issues memiliki apa yang Freud sebut father complex. Father complex merupakan istilah yang di gunakan untuk menggambarkan seseorang yang memiliki unconscious impulse kepada pasangannya sebagai dampak dari hubungan yang tidak sehat dengan ayahnya.
Unconscious impulse ini merupakan bentuk dorongan positif atau negatif yang secara tidak sadar kita proyeksikan kepada pasangan kita. Dorongan positif ini Bisa merupakan kekaguman yang berlebihan, sedangkan untuk dorongan negatif bisa merupakan ketakutan atau ketidakpercayaan berlebihan pada pasangan kita.
Dorongan yang ini cenderung berdampak negatif pada dinamika hubungan romantis seseorang. Dalam Teori attachment styles yang berpendapat bahwa daddy issues adalah merupakan populer yang menggambarkan seseorang dengan insecure attachment style.
Insecure attachment style ini terbentuk dari pengasuhan orang tua yang kurang responsif terhadap apa yang terjadi pada anaknya, atau dampak dari tidak adanya figur ayah yang ideal sejak kecil.
Sisi negatif Insecure attachment style akan berdampak pada cara kamu menavigasi hubungan percintaan saat dewasa.
Kamu akan memilih pasangan yang cenderung mirip dengan bagaimana ayahmu memperlakukanmu saat kecil. BIsa di Bayangkan ayahmu tidak hadir untukmu sedari kamu kecil, baik secara fisik maupun emosional.
Kalaupun ia hadir dalam kehidupanmu, kehadirannya hanya sebentar dan tidak konsisten. hasilnya, kamu tidak mendapatkan kasih sayang yang konsisten dan semestinya dari ayahmu.
Lambat laun, kamu pun menjadi terbiasa dengan versi kasih sayang yang diberikan ayahmu itu. Setelah beranjak dewasa, kamu tumbuh dengan kepercayaan bahwa begitulah cara seorang lelaki mengekspresikan cinta dan kasih sayangnya.
Inilah versi cinta yang kamu ketahui dan kamu pelajari sejak kecil. Akibatnya, kamu akan terus berakhir pada hubungan yang hampir sama dengan dinamika hubunganmu dan ayahmu.
Bagi orang lain, memilih pasangan yang memperlakukannya sama dengan perlakuan sang ayah kepadanya merupakan harapan yang tidak dimiliki untuk mendapatkan kasih sayang ayah yang dahulu tidak didapatkan saat kecil.
Ada tidaknya sosok ayah yang ideal bisa mempengaruhi seksualitas seseorang saat dewasa.Laki – laki tanpa sosok ayah dalam masa pertumbuhannya bisa merasa tidak nyaman terhadap maskulinitasnya.
Ketidak nyamanan ini dapat membuat mereka menghindari pacaran atau berhubungan seks saat dewasa. Ada di antara mereka yang menunjukkan perilaku agresif atau menjadi predator seksual.
Seorang Anak dengan ayah yang tidak responsif terhadap kebutuhan emosional anaknya cenderung memiliki perkembangan yang tidak stabil, yang mengarah pada meningkatnya aktivitas seksual atau perilaku seksual yang tidak sehat.
Coba kamu Pikirkan hubunganmu yang lampau dan sekarang. Apakah hubunganmu di penuhi dengan drama, rasa gelisah, atau kecemasan? Apakah kamu terus-terusan berakhir di hubungan romantis yang berpola tidak sehat dan sama dengan hubunganmu dengan ayahmu?
Jika jawaban keduanya adalah ya, mungkin sudah saatnya kamu mengambil langkah perubahan.
Ketika kebutuhan intimasi/keakraban seseorang tidak terpenuhi saat ia kecil, orang itu dapat tumbuh dengan kepercayaan bahwa mereka tidak pantas mendapatkan cinta, kasih sayang, perhatian, atau hal semacamnya.
Namun dengan kamu menyadari dan mulai mempelajari, kamu bisa belajar untuk memahami bagaimana hubungan dengan ayahmu dapat berdampak pada caramu berhubungan dengan orang lain saat dewasa.
Biarkanlah dirimu merasakan sedih dan sakitnya memiliki hubungan yang tidak harmonis dengan ayahmu. Biarkanlah dirimu meratapi apa yang tidak bisa kamu miliki dalam hidup karenanya. Proses ini melibatkan amarah, sakit hati, dan kesedihan, namun ini merupakan kesempatan untuk menghargai masa lalumu. Dengan mengizinkan diri untuk bersedih, artinya kamu menerima bahwa hubungan dengan ayahmu telah berdampak dalam kehidupanmu.
“It’s a chance to feel sadness for your younger self, who didn’t get what they needed.”
Setelah menyadari pola yang tidak sehat dalam hubunganmu sekarang akibat apa yang terjadi kepadamu saat kecil, sekarang sudah saatnya belajar merubahnya ke dalam pola yang lebih baik dan sehat.
Sudah pasti tidaklah mudah mengubah sesuatu yang sudah menjadi comfort zone-mu sejak kecil. Namun banyak yang dapat kita usahakan demi hubungan romantis yang lebih baik.
Mulai sekarang coba Belajar dari pasangan-pasangan dengan hubungan sehat lainnya, konsul ke psikolog, atau meluangkan waktu sendiri untuk refleksi diri dan memahami apa yang sebetulnya kamu inginkan dari seorang pasangan hidup nantinya.
Semoga artikel ini bisa menambah pengetahun dan wawasan kamu