Physical Address
admin@arphamandiri.com
Halo Effect ini terjadi ketika seseorang penilaian positif terhadap orang lain hanya berdasarkan kesan pertama yang diterima. Ini tidak sepenuhnya buruk, akan tetapi dalam situasi tertentu dapat berdampak buruk bagi kehidupan.
Halo effect juga terjadi saat interview kerja. Kebanyakan kesan pertama dihasilkan dari penilaian penampilan. dan Halo effect juga dipakai oleh atasan untuk menilai karakter dan kinerja karyawan.
Menurut kamu Apa yang pertama kamu perhatikan saat bertemu dengan orang yang baru kalian kenal? Jujur saja, pasti kalian akan memperhatikan penampilan orang tersebut. Dari Bagaimana cara mereka berpakaian, berbicara, berjalan, apakah mereka merokok atau tidak, bentuk wajah mereka, dan masih banyak lagi.
Lewat pertemuan pertama ini, opini kita mengenai orang yang diobservasi mulai terbentuk, meskipun diri kita sendiri paham bahwa hal ini tidak boleh dilakukan.
Kesan pertama ini seolah-olah menjadi sangat penting karena adanya halo effect. halo effect adalah fenomena psikologis yang berbentuk bias kognitif, di mana penilaian awal terhadap seseorang malah menjadi penilaian final bagi orang tersebut.
Dalam artikel kali ini saya akan membahas apa itu Halo Effect, mari kita bahas.
Halo effect merupakan bias kognitif yang terjadi ketika kesan positif awal terhadap seseorang turut mempengaruhi persepsi individu secara keseluruhan.
Sebagai Contoh, ketika bertemu dengan orang yang dianggap menarik, penilaian positif pun seringkali mengekor terus di pikiran kamu.
Efek ini tidak hanya memengaruhi persepsi kamu terhadap seseorang berdasarkan daya tarik saja, namun juga mencakup sifat-sifat lainnya. Misal, orang yang mudah bergaul lebih sering disukai dan dianggap cerdas oleh orang lain.
Bukannya membuktikan dengan berkenalan lebih lanjut guna mengetahui karakter orang tersebut, halo effect justru seperti memberikan blocking untuk berhenti menilai dari kesan pertama saja.
Istilah halo effect pertama kali dikenalkan oleh psikolog asal Amerika, Edward L. Thorndike, pada 1920. dia melakukan penelitian di camp militer dan menyuruh ketua perwira untuk menilai beberapa anggota militer berdasarkan kecerdasan, loyalitas, kepemimpinan, penampilan fisik, dan ketergantungan.
Hasilnya, ketua perwira tersebut memberikan penilaian dengan sangat cepat hanya dari tampilan luar para anggota saja. Sebagai contoh, dia menilai tinggi anggota militer yang memiliki postur tubuh tinggi dan tampan sebagai perwira yang paling cerdas. Padahal faktanya tak selalu demikian.
Sebagaimana hasil penelitian Edward L. Thorndike tersebut, halo effect ini menjadi fenomena yang kerap terjadi di lingkungan kerja. Hal tersebut karena identik dengan beauty privilege karena sebagian besar orang yang terjebak dalam fenomena dikarenakan tampilan fisik seseorang.
Baca Juga :
Halo effect ini terjadi karena otak kita telah menyimpan banyak informasi yang kita temui di sepanjang hidup kita. Informasi yang diperoleh ini tidak hanya informasi yang berinteraksi langsung dengan kita, tapi juga informasi yang kita temui ditelevisi, sosial media, atau cerita dari orang lain.
Sederhananya coba kamu bayangkan saja ketika kita mendengar cerita teman kita tentang perampok di dekat rumahnya yang memiliki ciri-ciri tatto di bagian lengannya.
Karena cerita itu, kamu mulai mencurigai semua orang yang memiliki tatto di bagian lengannya sebagai perampok, bahkan kamu cenderung menghindarinya.
Karena hal ini, kamu telah melakukan penilaian akhir pada semua orang yang memiliki tatto di bagian lengan sebagai pelaku perampokan orang jahat. Padahal, baik kamu dan temanmu itu belum pernah melihat secara langsung perampok itu, kalian berdua bahkan tidak mengetahui bentuk dari tatto si pelaku.
halo effect ini dapat mendistorsi persepsi manusia. Untuk menghindari diri kita menjadi korban dari halo effect ini, penting bagi kita untuk membangun kesan pertama yang baik di berbagai kesempatan.
Sebagai contoh misalnya saat kamu sedang melakukan wawancara pekerjaan. Usahakan untuk datang lebih awal dengan pakaian yang rapih dan tidak menonjol. Hindari perhiasan yang berlebihan.
Jangan menyela atau berbicara yang dibuat-buat. Dan yang terpenting, selalu tersenyum dan jangan lupa untuk mengucapkan terimakasih terhadap pewawancara. Langkah terakhir ini penentu paling berpengaruh jika kalian ingin menciptakan halo effect yang baik untuk diri kalian.
Bias yang muncul akibat efek ini dapat muncul dan memengaruhi sejumlah aspek dalam kehidupan kamu.
Berikut ini Sejumlah situasi bisa dipengaruhi oleh halo effect :
Pernahkah kamu merasakan cinta pada pandangan pertama? Jika iya, perasaan tersebut merupakan salah satu bentuk dari halo effect. Efek ini dapat memengaruhi daya tarik kamu kepada orang lain.
Ketika melihat orang dengan penampilan fisik yang bersih dan rapi, kamu cenderung berpikir bahwa ia juga memiliki sifat positif. Sebaliknya, saat menemui orang dengan tampilan acak-acakan, beragam penilaian negatif ikut muncul dalam pikiran kamu.
Halo effect juga dapat kamu temukan di tempat kerja. Ketika melihat orang dengan penampilan rapi dan formal, kamu pasti berpikir bahwa ia memiliki jabatan tinggi dan etos kerja yang baik.
Sementara itu, saat melihat orang dengan gaya berpakaian kasual, penilaian kamu mungkin akan berbeda dan cenderung tidak lebih positif dari mereka yang berpenampilan formal.
Padahal perspektif tersebut bisa saja salah. Siapa tau Orang yang berpakaian kasual bisa saja memiliki jabatan lebih tinggi dan etos kerja yang lebih baik dibanding orang-orang dengan penampilan formal.
Kesan pertama yang baik terhadap lingkungan sekolah dapat memberi pengaruh positif terhadap nilai tugas maupun ujian.
Dalam sebuah studi, ditemukan bahwa penilaian positif dan ketertarikan di awal proses pembelajaran menghasilkan nilai yang lebih tinggi. dan ada juga penelitian lain yang tidak menunjukkan korelasi tersebut.
Sudah Bukan rahasia lagi, marketing perusahaan biasanya akan menggunakan cara manipulatif yang membuat orang-orang tertarik membeli produk mereka. Halo effect dapat dimanfaatkan untuk hal ini.
Contoh penerapan dari efek ini dalam marketing adalah endorsement. Seseorang bisa saja tertarik untuk membeli produk tertentu karena selebritis favorit mereka juga memakainya.
Label pada produk juga turut berpengaruh dalam marketing. Misal, kebanyakan orang lebih rela mengeluarkan uang untuk membeli makanan dengan label organik karena dianggap lebih sehat.
Halo effect juga dapat terjadi didalam dunia kesehatan. Dokter mungkin akan menilai pasien dari penampilan awal mereka ketika datang tanpa melakukan tes fisik terlebih dahulu.
Contoh lain adanya efek ini adalah kamu cenderung menilai orang dengan berat badan ideal mempunyai kesehatan yang baik, padahal belum tentu.
Baca juga :
Berikut beberapa contoh halo effect di tempat kerja.
Contoh ini dapat memberikan gambaran bagaimana stereotip yang dibangun saat pertama kali bertemu bisa mempengaruhi seluruh penilaian di tempat kerja.
Efek bias dari halo effect merupakan hal yang seharusnya dihindari oleh recruiter saat wawancara. Namun, penilaian subjektif ini sangat bisa terjadi atau bahkan masih banyak terjadi hingga sekarang.
Bahkan Tidak jarang banyak kandidat potensial yang gagal hanya karena lulusan dari universitas daerah, gaya berpakaian tidak modis, hingga tampilan fisik yang tidak sesuai dengan beauty standard sang recruiter.
Contoh halo effect selanjutnya Kali ini tentang “orang dalam”. Sebenarnya, istilah orang dalam tidak selalu negatif. Ini bisa berlaku bila seseorang memiliki networking bagus lalu orang lain merekomendasikannya kepada perusahaan yang membutuhkan karyawan.
Dalam prosesnya orang tersebut tetap melewati serangkaian tes dan wawancara pada umumnya. Yang negatif ketika suatu perusahaan menerima rekomendasi kandidat dari orang yang dipercaya.
Tanpa melakukan proses rekrutmen yang sesuai, dan orang tersebut langsung diterima begitu saja. Untuk perusahaan, tidak masalah jika memang kinerja orang tersebut bagus. akan tetapi bagi kandidat lain, hal tersebut menjadi persaingan yang tidak sehat dan tidak adil.
Seorang leader yang baik bisa memberikan penilaian adil terhadap seluruh anggota timnya. Akan tetapi jika halo effect terjadi akan bisa menghancurkan rasa adil dan empati yang seharusnya ada dalam diri leader.
Akhirnya, pemberian beban kerja menjadi tidak seimbang dan titik lebih berat pada anggota yang dinilai tidak baik karena kesan pertama, seperti tidak sopan hingga tidak kompeten bekerja. Padahal, kesan pertama tersebut belum tentu benar.
Ketika seorang karyawan mendapatkan penilaian recuitment saat pertama kali bertemu. dia bisa saja selalu dinilai negatif oleh orang lain, dan begitu pula sebaliknya. Ini akan membuat keberpihakan yang nyata ketika terjadi konflik di tempat kerja.
Pada Akhirnya, penyelesaian masalah tidak dilakukan dengan menilai kedua pihak dengan sama dan selalu condong berpihak pada satu sisi saja.
Seharusnya penilaian kinerja dilakukan dari hasil kerja yang sudah dilakukan. karena adanya halo effect, penilaian objektif akan tersingkirkan. Jadinya, evaluasi kinerja tidak maksimal dan tidak akurat dengan fakta yang sebenaranya terjadi.
Semoga artikel ini bisa menambah pengetahuan dan wawasn kamu.