Physical Address
admin@arphamandiri.com
Kerajaan Kalingga merupakan salah satu kerajaan yang tercatat pernah berada di Nusantara. Kerajaan ini memiliki nama lain yaitu Kerajaan Holing yang mungkin masih asing di telinga masyarakat.
Menurut ahli sejarah, kerajaan ini berdiri pada abad ke-6 dan ke-7 di pulau Jawa sehingga bahasa yang digunakan masyarakat Kalingga pada waktu itu yaitu bahasa Jawa Kuno, bahasa Melayu Kuno dan bahasa Sansekerta.
Sebutan ‘Kalingga’ sendiri merupakan sebuah kata yang diambil dari bahasa India. Sedangkan kata ‘Holing’ kata yang sebutan dari sumber Tiongkok.
Dalam artikel kali ini saya akan membahas Sejarah Kerajaan Kalingga di jawa. mari kita simak
Sumber sejarah kerajaan kalingga ini kebanyakan diperoleh dari sumber catatan Tiongkok, tradisi kisah setempat, dan naskah Carita Parahyangan yang disusun berabad-abad kemudian, dan pada abad ke-16 menyinggung secara singkat mengenai Ratu legendaris Ratu Shima dan kaitannya dengan Kerajaan Galuh.
Dalam berita dari Cina dari jaman pemerintahan raja-raja t’ang (681-906) ada di sebut nama kerajaan Kalingga atau Holing.
Letak kerajaan ini di Jawa Tengah. Tanahnya sangat kaya, dan disitu ada pula sumber air asin. Rakyatnya hidup makmur dan tentram kemungkinan berada di suatu tempat antara Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Jepara sekarang.
Pada tahun 674 kerajaan Kalingga di perintah oleh seorang raja perempuan bernama Shima. Pemerintahannya sangat keras, tetapi berdasarkan kejujuran yang mutlak. Tidak ada seorang pun yang berani melanggar hak dan kewajiban masing-masing.
Baca Juga :
Karena minimnya sumber Awal mula Kerajaan Kalingga berdiri belum diketahui secara pasti.
Tapi, berdasarkan cerita turun menurun dan beberapa temuan tentang kerajaan kalingga memperlihatkan awal mula kata Kalingga berasal mula dari sebuah nama kerajaan di India yang didirikan sekelompok orang India dari Orissa yang melarikan diri karena wilayah mereka dihancurkan oleh Maharaja Asoka.
Menurut Benudhar Patra (peneliti sejarah Universitas Chandigarh, Punjab, India) Orissa merupakan salah satu daerah di India Utara dekat Kalkuta yang dahulu dikenal dengan nama Kalingga pada lima ratus tahun pertama Masehi.
Nama Kalingga dalam makalah penelitan Benudhar Patra dengan judul Maritime Contacts of Kalinga with Java, menjelaskan bahwa Kalingga menjadi salah satu kerajaan India pada masa pra-Islam yang berhubungan secara intensif dengan negeri kepulauan Nusantara.
Dan Berdasarkan catatan sejarah yang berhasil ditemukan, Kerajaan Kalingga atau Holing menganut agama Hindu-Buddha serta kejawen jawa.
Ada pula kisah yang mengatakan masyarakat di Kerajaan Kalingga pada zaman itu pada umumnya memiliki kepercayaan Buddha karena agama ini berkembang pesat dan terdapat juga masyarakat yang menganut kepercayaan leluhur.
Dalam catatan sejarah Raja yang paling dominan di Kerajaan Kalingga ialah tidak beda Ratu Shima/Sima yang dirasakan sebagai Raja yang sangat adil, menjunjung tinggi hukum, dan bijaksana.
Akan tetapi, keberhasilannya pun tidak bisa diraih tanpa silsilah raja-raja dari Kerajaan ini.
Prabu Washumurti merupakan raja pertama yang ada di kerajaan Kalingga. Beliau memerintah selama sebelas tahun
Setelah wafatnya Prabu Wahumurti, beliau digantikan oleh salah satu putranya, Yang bernama Prabu Wasugeni. Beliau menjabat di kerajaan kalingga selama 27 tahun dan telah memiliki anak yang diberi nama Wasudewa (Kirathasingha) dan putri Wasumurti (Ratu Shima)
Setelah wafatnya Prabu Wasuge ni, kepemimpinan Kerajaan kalingga digantikan oleh putranya yang bernama Prabu Wasudewa dan mengisi kedudukan raja yang sebelumnya kosong dan berkuasa selama 20 tahun.
selanjutnya Kerajaan kalingga dipimpin oleh Prabu Kirathasingha, Menurut sumber sejarah yang ada, masa pemerintahan Phrabu Wasukawi kurang begitu jelas sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut terkait masa pemerintahannya, Tapi berdasarkan catatan yang ada Phrabu Wasukawi memerintah pada 652 masehi.
Selanjutnya Prabu Wasukawi. Pada masa pemerintahan ini tidak ada penjelasan khusus. Tetapi diketahui beliau pernah menjabat sebagai raja dari kerajaan Kalingga
Raja selanjutnya ialah, Prabu Kartikeyasingha diketahui naik tahta dan menjabat selama kurang lebih 26 tahun Prabu Kartikeyasingha yang telah menikah dengan Dewi Wasuwari atau Ratu Shima yang merupakan putri dari Prabu Wasugeni.
Raja terakhir ialah Ratu Shima. Ratu Shima dikenal sebagai pemimpin yang tegas terhadap siapapun. Beliau menggantikan suaminya yang wafat. Pada masa kekuasaan Ratu Shima lah kerajaan mencapai puncak dari kejayaan
Berdasarkan sumber sejarah, Ratu Shima dikenal dengan peraturannya yang tegas mengenai pencurian di masa pemerintahannya. Peraturan berupa hukum potong tangan bagi siapa saja yang mencuri milik orang lain.
Hukuman ini tidak hanya berlaku bagi rakyatnya namun termasuk untuk keluarga kerajaan. Berita tersebut menyebar luas hingga ke kerajaan seberang lautan.
Ratu sengaja menguji dengan sengaja meninggalkan sekantung emas di persimpangan jalan pasar. Tidak ada satupun rakyat Kalingga yang berani menyentuhnya.
Hingga tiga tahun kemudian kantung emas tersebut tidak sengaja disentuh oleh putra Ratu Shima dengan kakinya, dengan tegas Ratu Shima menjatuhkan hukuman mati kepada putranya sendiri.
Tapi Dewan menteri memohon kepada sang Ratu agar dapat mengampuni kesalahan putranya tersebut. Pada Akhirnya putra ratu Shima dijatuhi hukuman potong kaki karena telah menyentuh kantong emas tersebut dengan kakinya.
Pada Masa kepemimpinannya menjadi masa keemasan bagi Kerajaan Kalingga dari segi apapun. Bahkan Banyak Raja dari kerajaan lain yang kagum, segan, hormat dan penasaran dengan Ratu cantik nan tegas ini.
Masyarakat kalingga pun mencintai Ratu karena berkat Ratu Shima Kerajaan Kalingga menjadi kerajaan yang tentram dan damai. Ratu Shima bertahta dengan gelar Sri Maharahi Mahissasuramardini Satyaputikeswara.
Ratu Shima Seakan sudah menyerukan nafas feminisme yang powerful dari masa lampau yang banyak sekali masih menganut sistem patriarki.
karena sistem pemerintahan yang keras dari Ratu Sima Kehidupan sosial masyarakat Kerajaan Holing sudah sangat teratur rapi. Di samping sangat adil dan bijaksana dalam memutuskan suatu masalah. Rakyat sangat menghormati dan mentaati segala keputusan dari Ratu Sima.
Di kepemimpinannya Ratu sima tidak pernah memihak dalam sosialnya ia hanya membina dan sebagai penguasa kerajaan. Karena sifat Ratu Sima yang sangat keras ia langsung membanggun lembaga masyarakat yang sudah jelas fungsi dan tugasnya.
Untuk bisa mengatur dan mengatasi rakyatnya Ratu Sima mendirikan lembaga masyarakat. Dalam Lembaga yang terbentuk sudah memberlakukan sistem perundang-undangan.
Ratu Sima telah membuat dan menyusun perundang-undang yang sempurna dengan dibantu lembaga masyarakat. Hadirnya sistem perundang-undangan tersebut berjalan dengan baik .
Dalam bidang perekonomian masyarakat Kerajaan kalingga sangat berkembang pesat karena mereka telah mengenal hubungan perdagangan dan pelayaran karena letak kerajaan di semenanjung melayu. Karena itu perdagangan sangat lah lancar dan terkendali, perdagangannya amat maju dan pelayaran disana sebagai alat transportasi yang mudah juga cepat.
Selain Kegiatan ekonomi masyarakat lainnya diantaranya bercocok tanam, menghasilkan kulit penyu, emas, perak, cula badak dan gading.Terdapat sumber air asin yang dimanfaatkan untuk membuat garam. Hidup rakyat kalingga tenteram, karena tidak ada kejahatan.
Karena itu masyarakat kalingga sangat memperhatikan pendidikan. Terbukti mereka sudah mengenal tulisan, selain tulisan masyarakat kalingga juga telah mengenal Ilmu perbintangan dan dimanfaatkan dalam bercocok tanam.
Rakyat dari kerajaan tersebut hidupnya makmur dari hasil bercocok tanam serta mempunyai sumber air asin. Hidup mereka tenteram, karena tidak ada kejahatan dan kebohongan. Ilmu perbintangan sudah dikenal dan dimanfaat dalam bercocok tanam.
Mayoritas masyarakatnya kerajan kalingga (Ho-ling) memeluk agama budha begitu juga dengan kebudayaanya banyak di pengaruhi oleh kebudayaan india.
Selain dari agamanya banyak tercampur dan terpengaruh dengan adat istiadat kebudayaan orang india, ini juga berpengaruh pada Ratu Sima karena menerima dengan baik kebudayaan india masuk di kerajaan Kalingga Ho-ling.
Berdasarkan berita Cina disebutkan bahwa Kerajaan kalingga (Ho-ling) diperintah oleh seorang raja putri yang bernama Ratu Sima. Pemerintahannya berlangsung dari sekitar tahun 674 masehi. Pemerintahan Ratu Sima sangat keras, namun adil dan bijaksana.
Dikisahkan, Ratu Shima yang mendidik rakyatnya agar selalu berlaku jujur dan menindak keras kejahatan pencurian. Ia menerapkan hukuman yang keras.
Baca juga:
Era Kejayaan Kerajaan Kalingga (ho-ling) dimulai pada masa pemerintahan Ratu Shima. Ratu Shima merupakan istri dari Raja Kartikeyasingha raja kalingga terdahulu, ia naik tahta menggantikan suaminya.
Pada masa pemerintahannya, Ratu Shima menjalin kerjasama dengan Kerajaan Galuh dan juga Kerajaan Sunda. Sedangkan kebijakan dalam kerajaan sangat memperhatikan pembangunan yang ada di bidang pertanian dan juga perdagangan.
Dari Jaringan irigasi yang ada sangat mendukung sektor di bidang pertanian, hasil yang diperoleh meningkat dengan pesat. Sedangkan untuk sektor perdagangan, kerajaan membangun pelabuhan yang mudah diakses.
Baik iuntuk pedagang yang ada di dalam negeri maupun yang berada di luar kerajaan. Kulit penyu, emas, perak, cula badak dan gading gajah merupakan komodotif yang di tawarkan oleh Kerajaan kalingga (ho-ling).
Sehingga pada masa pemerintahan ratu shima kehidupan sosial kerajaan dapat berjalan secara teratur, hal ini didukung dengan penegakan hukum yang tegas. Sehingga masyarakat kalingga bisa mengerjakan kegiatan mereka dengan lancar tanpa menemui hambatan.
Keruntuhan Kerajaan Kalingga karena Kerajaan Sriwijaya. Serangan Sriwijaya memaksa pemerintahan kerajaan Kalingga mundur sampai ke terpencil Jawa tengah atau bahkan Jawa Bagian Timur pada selama tahun 742-755 M.
Dari serangan ini Sriwijaya sukses menguasai teritori Kalingga beserta jalur perdagangannya setelah sebelumnya telah sukses menaklukan Melayu dan Tarumanegara. Di samping itu, diduga sesudah kematian Ratu Sima, kerajaan ini telah mulai merasakan penurunan pula.
Jika Era kejayaan kalingga terjadi pada masa pemerintahan Ratu Shima, runtuhnya kerajaan ini juga terjadi setelah Ratu Shima wafat. Sebelum meninggal beliau membagi Kerajaan menjadi dua yang akan diserahkan ke anak-anaknya.
Dimana nantinya kedua kerajaan ini akan bersatu apabila Rakai Panangkaran dari Kerajaan Medang, menikah dengan Satya Dharmika dari Kerajaan Keling dan berakhir dengan membentuk Wangsa Syailendra.
Kerajaan Kalingga hanya bisa bertahan kurang lebih selama satu abad.
Naskah Carita Parahyangan ini merupakan naskah sunda kuno yang berasal dari abad ke-16, yang menceritakan sejarah tanah sunda, putri Maharani Shima (ratu shima), Parwati, menikah dengan putera mahkota Kerajaan Galuh yang mempunyai nama Mandiminyak, yang lantas menjadi raja kedua dari Kerajaan Galuh.
Maharani Shima (ratu shima) mempunyai cucu yang mempunyai nama Sanaha yang menikah dengan raja ketiga dari Kerajaan Galuh, yaitu Brantasenawa. Sanaha dan Bratasenawa mempunyai anak yang mempunyai nama Sanjaya yang besok menjadi raja Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh (723-732 M).
Setelah Maharani Shima (ratu shima) meninggal di tahun 732 M, Sanjaya menggantikan buyutnya dan menjadi raja Kerajaan Kalingga Utara yang lantas disebut Bumi Mataram, dan lalu mendirikan Dinasti/Wangsa Sanjaya di Kerajaan Mataram Kuno.
Berita eksistensi kerajaan Ho-ling pun didapatkan dari berita yang berasal dari zaman Dinasti Tang dan Catatan I-Tsing.
Cerita berita Cina pada zaman Dinasti Tang (618 M – 906 M) menyerahkan tentang penjelasan kerajaan Ho-ling sebagai berikut :
Dari Catatan berita Cina ini pun menuliskan bahwa semenjak tahun 674, rakyat kalingga (Ho-ling) diperintah oleh Ratu Hsi-mo (Shima). Beliau seorang ratu yang paling adil dan bijaksana. Pada masa pemerintahannya Kerajaan Ho-ling paling aman dan tentram.
Dalam Catatan I-Tsing (tahun 664/665 M) melafalkan bahwa pada abad ke-7 tanah Jawa sudah menjadi di antara pusat pengetahuan agama Buddha Hinayana. Di kerajaan Ho-ling juga terdapat agamawan Cina mempunyai nama Hwining, yang menerjemahkan salah satu buku agama Buddha ke dalam Bahasa Cina.
Agamawan Cina Ia berkolaborasi dengan agamawan Jawa mempunyai nama Janabadra. Kitab terjemahan tersebut antara beda memuat kisah tentang Nirwana, tetapi kisah ini bertolak belakang dengan kisah Nirwana dalam agama Buddha Hinayana.
Semoga artikel ini bisa menambah pengetahuan dan wawasan kamu.