Sejarah Kerajaan Pajang (1568-1587)

Sejarah kerajaan pajang tidak bisa di pisahkan dari sejarah kesultanan demak, karena setelah runtuhnya kesultanan demak maka bergantilah menjadi kerajaan pajang pajang ini merupaka kelanjutan dari kesultanan demak.

Kerajaan Pajang ini didirikan oleh Adiwijawa atau Joko Tingkir setelah mengelahkan saingannya Arya Panangsang dan kemudian memindahkan pusat kerajaan Demak ke daerah Pajang.(1568-1587) Secara geografis, kerajaanini terletak di daerah pedalaman.

Sayangnya Kerajaan ini tidak berkuasa lama, semua ini di sebabkan dari baik faktor intern maupun ekstern. Meskipun demikian, kerajaan ini nantinya juga akan menghasilkan kemajuan-kemajuan yang signifikan terhadap perkembangan Islam di sekitar wilayah kekuasaanya.

Jika ditinjau dari periode keberadannya kerajaan ini terhimpit oleh dua kerajaan Islam besar yang letak mereka tidak begitu berjauhan, yaitu periode akhir kerajaan Demak dan juga awal kerajaan Mataram Islam di jawa.

Dalam artikel ini saya akan membahas Sejarah Kerajaan Pajang (1568-1587). mari kita bahas.

Berdirinya Kerajaan Pajang

Berdirinya kerajaan Pajang merupakan akhir kekuasaan kerajaan Demak, karena terjadinya peperangan antara Aryo Penangsang dan Joko Tingkir (menantu Sultan Trenggono).

Kerajaan Pajang
Peta kerajaan pajang

Peperangan tersebut dimenangkan oleh Jaka Tingkir. ketika terjadi konflik antara Aria Penangsang dan Joko Tingkir (Hadiwijaya), Sunan Kudus kurang setuju dengan pemerintahan Hadiwijaya. Tapi kemudian dia setuju ketika Jaka Tingkir memindahkan pusat kerajaan Demak ke daerah Pajang.

Pengesahan Joko Tingkir menjadi sultan pertama kerajaan pajang dilakukan oleh Sunan Giri. Sebelum mendirikan kerajaan ini, Jaka Tingkir yang berasal dari daerah Pengging dan memegang jabatan sebagai penguasa di daerah Pajang pada masa Sultan Trenggono.

Kerajaan ini juga dinilai sebagai pelanjut atau pewaris dari kerajaan Demak. Letak Kerajaan pajang di daerah Kertasura dan menjadi kerajaan Islam pertama yang berada di pedalaman pulau Jawa. dan Kerajaan ini pun tidak berusia lama, karena kemudian bertemu dengan suatu kerajaan Islam besar yang juga terletak di Jawa Tengah yaitu kerajaan Mataram islam.

Pada awalnya, wilayah kekuasaan Pajang hanya daerah Jawa Tengah. ini disebabkan karena setelah kematian Sultan Trenggono, banyak wilayah jawa Timur yang melepaskan diri dari demak. Akan tetapi pada tanggal 1568, Sultan Hadiwijaya dan para Adipati Jawa Timur dipertemukan di Giri Kedaton oleh Sunan Prapen.

Dalam pertemuan itu, para adipati sepakat mengakui kedaulatan Pajang diatas negeri Jawa Timur, maka secara sah kerajaan Pajang diakui. Setelah itu kerajaan Pajang mulai melakukan ekspansi ke beberapa wilayah, meliputi juga wilayah Jawa Timur.

Dengan Berpindahnya kerajaan Islam dari Demak ke Pajang merupakan kemenangan Islam Kejawen atas Islam ortodoksi. Setelah berkuasa selama beberapa waktu, kerajaan ini mencapai masa kejayaan pada masa raja pertama mereka, yaitu sultan Hadiwijaya. akan tetapi pada perkembangannya, kerajaan ini kemudian mengalami masa disintegrasi setelah sultan Hadiwijaya meninggal pada tahun 1582 M.

Baca Juga : Sejarah Kesultanan Demak di jawa

Raja-Raja Kerajaan Pajang

Jaka Tingkir/Hadiwijaya (1568-1583)

Nama kecil Jaka Tingkir merupakan Mas Krebet. Itu karena ketika kelahiran Jaka Tingkir, sedang ada pertunjukan wayang beber di rumahnya. dan ketika remaja, dia memiliki nama Jaka Tingkir. Nama itu dinisbatkan pada tempat dimana ia dibesarkan.

Jaka Tingkir menjadi menantu dari Sultan Trenggana (Sultan ke 3 Kerajaan Demak). Setelah berkuasa di ia mendapat gelar “Hadiwijaya”. Jaka Tingkir berasal dari Pengging, di Lereng Gunung Merapi.

Dan Jaka Tingkir juga merupakan cucu dari Sunan Kalijaga yang berasal dari daerah Kadilangun. dia juga memenangkan konflik dengan arya penangsang kemudian menjadi akhir dari kerajaan Demak, dan Jaka Tingkir berhasil mendirikan kerajaan Islam baru.

Meskipun kerajaan pajang tidak lama, tapi bukan berarti kerajaan ini tidak memberikan kontribusi apa-apa terhadap perkembangan Islam di Jawa Tengah, lebih tepatnya di daerah pedalam Jawa Tengah. Di bawah pimpinanya, kerajaan ini mengalami kemajuan.

Salah satu kemajuannya berupa ekspansi wilayah kekuasaan, seperti ekspansi ke daerah Madiun. Selain itu, Pajang juga berhasil melakukan ekspansi ke daerah Blora pada tahun 1554 dan Kediri tahun 1577.

Dan Pada tahun 1581, Jaka Tingkir berhasil mendapatkan pengakuan dari seluruh adipati Jawa Tengah dan Jawa Timur melalui pertemuan di Giri Kedaton yang dimediatori Sunan Prepen. Pada masa pemerintahannya jugalah mulai dikenal di daerah pesisir.

Selain itu, yang terpenting pengaruh Islam yang kemudian menjalar cepat keseluruh daerah pedalaman, dengan seorang tokoh pelopor yakni Syekh Siti Jenar. Sedangkan di daerah Selatan, Islam disebarkan oleh Sultan Tembayat.

Di masa pemerintahannya metode penyebaran agama islam di wilayah kekuasaannya menggunakan kesenian dan kesusastraan. Kesusastraan dan kesenian keraton tersebut sebelumnya berkembang di daerah Demak dan Jepara.

Salah satu Media penyebaran agama islam di wilayah kekuasaannya menggunakan kesenian dan kesusastraan. Salah satunya sajak monolistik Jawa berjudul serat Nitti Sruti.

Pada zaman itu terdapat tulisan tentang sajak Monolistik Jawa yang dikenal dengan serat Nitti Sruti. Diadakannya pesta Angka Wiyu. Selain itu, kesusastraan Jawa ini juga dihayati dan dihidupkan di Jawa Tengah bagian Selatan.

Bias dikatakan bahwa pada masa inilah, kerajaan ini mengalami masa kejayaan, sebelum akhirnya kerajaan ini mulai mengalami kemunduran setelah kematian sultan Jaka Tingkir atau Hadiwijaya (1582 M).

Arya Pangiri (1583-1586)

Sepetinggal Jaka Tingkir Arya Pangiri menjadi raja ke 2 kerajaan pajang. Beliau berasal dari Demak dan menantu Sultan Hadiwijaya. Ayahnya Sultan Prawoto yang merupakan Sultan ke empat kesultanan Demak. Dan Arya Pangiri pernah menjabat bupati di Demak.

Raja Pajang kedua Seharusnya diduduki oleh Pangeran Benawa sebagai putra mahkota. Akan tetapi ia disingkirkan oleh Arya Pangiri Perebutan kekuasaan ini terjadi karenakan Pangeran Benawa dianggap terlalu muda untuk menjadi raja.

Pangeran Benawa kemudian menjadi bupati di wilayah Jipang Panolan yang kosong kepemimpinannya Karena gugurnya Arya Penangsang.

Setelah menjabat sebagai sultan di kerajaan pajang, Arya Pangiri kemudian mendapat gelar sultan Ngawantipura. Dalam sejarah di kisahkan bahwa Arya Pangiri terobsesi untuk menaklukkan Mataram dipimpin Sutawijaya dari pada menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya

Arya Pangiri melanggar wasiat mertuanya (Hadiwijaya) supaya tidak membenci Sutawijaya dari mataram. dan membentuk pasukan yang terdiri atas orang-orang bayaran dari Bali, Bugis, dan Makassar untuk menyerang Mataram.

Sultan Arya Pangiri berprilaku tidak adil terhadap penduduk Pajang. Beliau mendatangkan orang dari Demak untuk menggeser kedudukan para pejabat Pajang. Bahkan, rakyat Pajang juga tersisih dengan kedatangan penduduk Demak.

Akibatnya, banyak warga Pajang yang menjadi perampok karena kehilangan mata pencaharian. Sebagian lagi berpindah ke Jipang mengabdi pada Pangeran Benawa.

Karena Kondisi ini Pangeran Benawa bersekutu dengan Sutawijaya dari Mataram untuk menurunkan kekuasaan Arya Pangiri. Pada tahun 1586 terjadilah perang antara Pangeran Benawa dan Arya Pangiri berhasil dipukul mundur kembali ke Demak.

Arya Pangiri akhirnya berhasil dikalahkan oleh pangeran Benawa, yang kemudian akan menjadi sultan kerajaan Pajang. Setelah Arya Pangiri kalah beliau dipulangkan ke Demak.

Pangeran Benawa (1586-1587)

Pangeran Benawa merupakan anak dari Sultan Hadiwijaya dan bergelar Sultan Prabuwijaya. Sedari kecil, Pangeran Benawa sudah dipersaudarakan dengan Sutawijaya yang akan mendirikan kerajaan Mataram.

Pangeran Benawa naik takhta menjadi raja ketiga Kerajaan pajang setelah mengalahkan Arya Pangiri, Sebenarnya Pangeran Benawa berinisiatif menyerahkan kerajaan Pajang ke Sutawijaya sebagai bentuk balas budi setelah mengalahkan Arya Pangiri.

Namun itu ditolak oleh Sutawijaya yang hanya meminta perhiasan emas sebagai bayarannya. Pada beberapa kisah babad, Pangeran Benawa meninggal dunia pada tahun 1587. Tetapi di versi lain disebutkan Pangeran Benawa meletakkan kepemimpinannya karena untuk mengabdikan diri sebagai ulama di kawasan Gunung Kulakan.

Dan di sumber yang lain dijelaskan bahwa Pangeran Benawa meninggalkan Pajang karena membangun kekuasaan di Pemalang. Setelah berakhirnya kepemimpinan Pangeran Benawa, sudah tidak ada lagi pemimpin yang cakap menjalakan pemerintaan pajang.

Akhirnya Kerajaan Pajang diambil alih oleh Kerajaan Mataram, dan dipimpin oleh Gagak Bening adik Sutawijaya, penguasa Mataram saat itu.

Ada juga yang menjelaskan Setelah Sultan Prabuwijaya meninggal pada tahun 1587, kerajaan Pajang menjadi negara yang tunduk sepenuhnya terhadap kerajaan Mataram. Itu disebabkan tidak adanya pengganti yang cukup cakap untuk memegang kendali pemerintahan kerajaan Pajang.

Kehidupan Di Kerajaan Pajang

A. Kehidupan Ekonomi

Kerajaan Pajang memiliki sumber perekonomian utama di bidang pertanian, sehingga dikenal sebagai kerajaan agraris. semua itu didukung dengan wilayahnya yang subur akibat berada di daerah pertemuan aliran sungai Pepe dan Dengkeng.

larena perkonomian utama di bisang pertanian maka, Kerajaan Pajang menjadi lumbung beras dan mengekspor hasil pertanian ke luar daerah. Dalam Proses distribusi beras dari Kerajaan Pajang ke daerah lainnya semua memanfaatkan aliran Sungai Bengawan Solo.

Selain beras, komiditi pertanian lainnya berupa tanaman kapas yang banyak tumbuh di kawasan Pedan, Juwiring, Gawok dan juga kawasan yang saat ini disebut Laweyan. Nama Laweyan sendiri berasal dari kata Lawe yang berasal dari sebutan kain hasil tenunan kapas dari daerah ini.

Dari Industri benang, kain tenun, batik dan kain mori kemudian semakin berkembang menjadi roda penggerak perekonomian. Dalam beberapa sumber sejarah, sistem jual beli di Kerajaan Pajang sudah menggunakan uang sebagai alat tukar.

B. Kehidupan Sosial Budaya

Kehidupan sosial & budaya Kerajaan Pajang merupakan percampuran budaya jawa setempat dengan islam. Dari Kejawen, Grebeg Syawal, Pesta Angka Wiyu, serta Grebeg Maulud merupakan bentuk budaya yang muncul selama kekuasaan Kerajaan Pajang.

Perubahan budaya lainya bisa dilihat dari proses perhitungan pertanggalan yang awalnya mengacu pada peredaran matahari berubah menjadi rotasi bulan. Dalam lingkungan keraton Pajang, kalangan bangsawan diajarkan adat walon Sedari dini melalui pendidikan karakter yang disebut kasutapan.

Yaitu berupa aturan bertata krama yang mulai diajarkan kecil. Di dalamnya Meliputi aturan kegiatan sehari-hari seperti cara berinteraksi dengan keluarga, orang yang lebih tua, dan tetangga.

Dalam Adat walon juga mengatur bagaimana cara makan dan berpakaian anggota istana.

C. Kehidupan Agama

Pada awalnya Pemindahan kekuasaan Kesultanan Demak ke Pajang mendapat kritik tajam dari Dewan Wali Sangan terutama Sunan Kudus. Kritik tajam ini berdasarkan aliran kepercayaan yang berkembang di daerah pedalaman tidak sesuai dengan ajaran di Kesultanan Demak.

Akan tetapi Sultan Hadiwijaya tetap memindahkan pusat kekuasaannya ke Pajang. Berakibat, syiar agama islam yang dilakukan di Jawa mengalami perubahan besar ketika keberadaan Kerajaan Pajang.

Dan Ulama yang sangat berperan besar di Kerajaan Pajang adalah Syeikh Siti Jenar, karena dai mengajarkan ajaran makrifat dan kejawen kembali berkembang pesat di daerah kekuasaan Kerajaan Pajang.

ini membuat ajaran syariat yang awalnya diutamakan di Kesultanan Demak menjadi dikesampingkan. Dan Syeikh Siti Jenar menuliskan ajaran islamnya dalam bentuk primbon dan suluk.

Karena itu Masyarakat Kerajaan Pajang yang pada dulunya beragam hindu menerima ajaran ini dengan tangan terbuka karena ajarannya tidak terlalu melenceng dari tradisi Hindu yang sudah dianut Masyarakat Kerajaan sebelumnya.

D. Kehidupan Politik

Kehidupan politik di Kerajaan ini menggunakan sistem pemerintahan yang berlaku pada zaman itu.Raja atau Sultan memegang kepemimpinan mempunyai kekuasaan yang absolut.

Untuk Takhta kerajaan diturunkan ke putra mahkota dari permaisuri, atau jika tidak ada diambil putra tertua dengan selir. akan tetapi karena terjadi perebutan kekuasaan, maka raja kedua yang memerintah Kerajaan Pajang ini jatuh ke menantu raja pertama.

Selanjutnya, tampuk kekuasaan kembali ke putra mahkota, Pangeran Benawa, setelah Arya Pangiri berhasil diturunkan dari takhtanya. Sangat berbeda saat kekuasan Kesultanan demak Di masa kekuasaan Kerajaan Pajang peran Wali Sanga tentang politik kerajaan menjadi meredup.

Ini disebabkan Karena Sultan Hadiwijaya tidak mau melanjutkan lembaga Dewan Wali. Sultan Hadwijaya lebih menyukai politik akomodatif yang bisa merangkul semua golongan dan berniat menyatukan Jawa di bawah kepemimpinan Pajang.

Kemunduran dan Keruntuhan Kerajaan Pajang

Setelah meninggalnya sultan Hadiwijaya. Terjadi perebutan kekuasaan antara penerusnya. Kemudian posisi sultan jatuh ke Aria Pangiri yang berasal dari Demak. Setelah itu Aria Pangiri kemudian bertempat tinggal di keraton Pajang.

Sumber; novriadi.com

Dalam menjalankan pemerntahannya, Arya Pangiri banyak didampingi oleh orang-orang dari Demak. Selain itu, tindakan yang dilakukan oleh Arya Pangiri juga banyak yang merugikan rakyat, sehingga menimbulkan rasa tidak senang dari rakyat.

Sementara itu, anak dari sultan Hadiwijaya yang bernama Benawa, dijadikan penguasa di Jipang. Pangeran Benawa merasa tidak puas dengan jabatan yang didapatkannya. Karena itu meminta bantuan kepada senopati Mataram, Sutawijaya, untuk menyingkirkan Aria Pangiri.

Tahun 1586, Pangeran Benawa yang bersekutu dengan Sutawijaya, mengambil keputusan untuk menyerang Pajang. Akhirnya Gabungan pasukan dari Mataram dan Jipang berangkat untuk menurunkan Arya Pangiri dari takhtanya.

Perang yang terjadi di kota Pajang. Pasukan Arya Pangiri terdiri atas 300 orang Pajang, 2000 orang Demak, dan 400oe=rang seberang, berhasil dikalahkan pasukan koalisi Benawa dan Sutawijaya. Dan Arya Pangiri sendiri tertangkap, tetapi nyawanya diampuni setelah Ratu Pembayun istrinya meminta ampunan.

Setelah itu Sutawijaya mengembalikan Arya Pangiri ke Demak, serta mengangkat Pangeran Benawa sebagai raja baru di kerajaan Pajang. kemudian Paneran Benawa berinisiatif membalas budi kepada kesultanan Mataram, ia kemudian berinisiatif untuk menyerahkan hak atas warisan ayahnya kepada Senopati Mataram tersebut. Namun, dia senopati menolak.

Kemudian Senopati hanya meminta “Perhiasan emas intan kerajaan Pajang”. Dengan demikian, pangeran Benawa dikukuhkan menjadi sultan kerajaan Pajang, Akan tetapi berkuasa dibawah kerajaan Mataram. Sepeninggal sultan Benawa, terdapat beberapa sultan yang sempat memerintah.

Pada tahun 1617-1618, terjadi pemberontakan besar di Pajang yang dipimpin oleh Sultan Agung. Dan Pada tahun 1618 M, kerajaan Pajang mengalami kekalahan melawan Mataram. Dan runtuhlah kerajaan Pajang ini.

Semoga artikel inin bisa menambah pengetahuan dan wawasan kamu.

Share your love

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *