Physical Address
admin@arphamandiri.com
Kerajaan Singasari merupakan kerajaan yang bercorak hindu dan buddha yang posisinya berada di wilayah jawa timur. Sejarah Kerajaan Singasari tidak dapat dilepaskan dari sejarah Kerajaan Majapahit yang pada akhirnya menjadi kerajaan terbesar di sepanjang sejarah nusantara
Dalam Kisah mengenai sejarah kerajaan Singasari ini diwarnai peperangan, pengkhianatan dan balas dendam. Singasari atau ditulis Singhasari, Singosari, didirikan oleh Ken Arok.
Kisah ini diiuraikan dalam manuskrip kitab Pararaton. Ken Arok berasal dari keluarga petani Desa Pangkur (sebelah timur Gunung Kawi).
Dalam artikel kali ini sayay akan membahas sejarah Sejarah awal Kerajaan Singasari, mari ita simak.
Setikdaknya ada dua versi dalam mengidentifikasi sejarah Tumapel atau Singhasari, yaitu kitab Pararaton dan Kakawin Nagarakretagama. Perbedaan ini meliputi daftar Wangsa Rajasa yang berkuasa dan tahunnya.
Wangsa Rajasa sendiri adalah keluarga yang berkuasa di Kerajaan Singhasari sampai Majapahit pada kurun abad ke-13 sampai ke-15. Wangsa ini didirikan oleh Ken Angrok pada awal abad ke-13 berdasarkan gelar yang didapatkannya, yaitu “Rajasa”.
Dalam kisah Pararaton, Anusapati yang merupakan putra Tunggul Ametung dan Ken Dedes ingin membalas dendam terhadap Ken Arok yang telah membunuh ayahnya. dan Pada 1247, Ken Arok mati di tangan Anusapati yang kemudian berkuasa di Tumapel. Namun, pada 1249 Anusapati tewas dihabisi oleh Tohjaya yang tidak lain adalah anak Ken Arok dari Ken Umang.
Tohjaya naik singgasana sebagai raja Tumapel setelah Anusapati, tetapi takhtanya hanya berlangsung singkat. Pada 1250, pemerintahannya digulingkan oleh pasukan khusus yang dihimpun oleh Ranggawuni atau yang nantinya dikenal sebagai Wisnuwardhana.
Wisnuwardhana adalah anak dari Anusapati yang melanjutkan lingkaran dendam dalam takhta Kerajaan Singasari. Wisnuwardhana lantas dinobatkan sebagai raja selanjutnya hingga mewariskan kekuasaan kepada putranya yang bernama Kertanagara.
Sementara itu, dalam Nagarakretagama tidak menyebut sosok Tunggul Ametung, Ken Angrok, Ken Dedes, Ken Umang, dan Tohjaya maupun pembunuhan di antara penguasa Tumapel. Ini dapat dimaklumi karena kitab tersebut berisi pujian untuk Hayam Wuruk, raja Majapahit. karena itu Peristiwa berdarah yang menimpa leluhurnya itu dianggap sebagai aib.
Dapat diketahui hanya Wisnuwardhana dan Kertanagara saja yang didapati menerbitkan prasasti sebagai bukti kesejarahan mereka. dalam kitab Nagarakretagama, penguasa Tumapel yang mengalahkan Kadiri merupakan Sri Ranggah Rajasa Sang Girinathaputra.
Rangga Rajasa memiliki putra bernama Anusapati, yang kemudian bertakhta di daerah Tumapel dengan gelar Batara Anusapati. dan Anusapati digantikan oleh putranya yang bernama Wisnuwardhana pada 1248 dan memerintah hingga 1254.
Raja terakhir Tumapel adalah Kertanagara, putra Wisnuwardhana, yang memimpin hingga meninggal pada 1292. Kematiannya ini sekaligus mengakhiri riwayat kerajaan ini lantaran terjadinya pemberontakan dari dalam.
Baca Juga :
Karena Sebagai pendiri kerajaan, Ken Arok. mendapatkan gelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabumi. Dengan Munculnya Ken Arok sebagai raja pertama Singasari menandai dinasti baru, yaitu Dinasti Rajasa (Rajasawangsa) atau Girindra (Girindrawangsa).
Ken Arok hanya memerintah kerajaannya selama lima tahun (1222–1227). Pada tahun 1227 Ken Arok dibunuh oleh seorang suruhan Anusapati (anak tiri Ken Arok). Ken Arok dimakamkan di Kegenengan dalam bangunan Siwa– Buddha.
Setelah meninggalnya Ken Arok maka takhta Kerajaan Singasari jatuh ke tangan Anusapati. Selama jangka waktu pemerintahaannya yang lama selama 21 tahun, Anusapati tidak banyak melakukan pembaharuan dalam kerajaan karena larut dengan kesenangannya menyabung ayam.
Peristiwa kematian Ken Arok akhirnya terbongkar dan sampai juga ke Tohjoyo (putra Ken Arok dengan Ken Umang). Tohjoyo mengetahui Anusapati gemar menyabung ayam sehingga diundangnya Anusapati ke Gedong Jiwa (kediamanan Tohjoyo) untuk mengadakan pesta sabung ayam.
Saat Anusapati asyik menyaksikan sabung ayam, secara tiba – tiba Tohjoyo menyabut keris buatan Empu Gandring yang dibawanya dan menusuk Anusapati. Dengan demikian, meninggallah Anusapati yang di makamkan di Candi Kidal.
Setelah membunuh Anusapati, Kerajaan Singasari diambil alih oleh Tohjoyo. Tapi, masa pemerintahan Tohjoyo di Kerajaan Singasari tidak lama sebab anak Anusapati yang bernama Ranggawuni berusaha membalas kematian ayahnya.
Dengan bantuan Mahesa Cempaka dan para pengikutnya, Ranggawuni berhasil menggulingkan Tohjoyo dan kemudian menduduki singgasana.
Ranggawuni naik takhta Kerajaan Singasari pada tahun 1248 selama 20 tahun dan mendapat gelar Sri Jaya Wisnuwardana oleh Mahesa Cempaka (anak Mahesa Wonga teleng) yang diberi kedudukan sebagai ratu angabhaya dengan gelar Narasinghamurti.
Dalam masa pemerintahan Ranggawuni membawa ketenteraman dan kesejahteran rakyat Singasari. Pada tahun 1254, Sri Jaya Wisnuwardana mengangkat putranya yang bernama Kertanegara sebagai yuwaraja (raja muda) dengan maksud dipersiapkan menjadi raja besar di Kerajaan Singasari.
Pada tahun 1268, Sri Jaya Wisnuwardana meninggal dunia dan dimakamkan di Jajaghu atau Candi Jago Sebagai Buddha Amogapasa dan di Candi Waleri sebagai Siwa.
Kertanegara merupakan Raja Singasari terakhir dan terbesar karena mempunyai cita-cita menyatukan seluruh Nusantara. Ia naik takhta pada tahun 1268 dengan gelar Sri Maharajadiraja Sri Kertanegara.
Pada tahun 1275, dia mengutus pasukan Ekspedisi Pamalayu untuk menjadikan Sumatra sebagai benteng pertahanan dalam menghadapi ekspansi bangsa Mongol. Saat itu penguasa Sumatra yaitu Kerajaan Dharmasraya (kelanjutan dari Kerajaan Malayu).
Dalam ekspedisi Kerajaan ini akhirnya dianggap telah ditundukkan, dengan dikirimkannya bukti arca Amoghapasa dari Kertanagara, sebagai tanda persahabatan kedua negara.
Pada tahun 1284, Kertanagara juga melakukan ekspedisi menaklukkan Bali. Pada tahun 1289 Kaisar Kubilai Khan mengirim utusan ke Singhasari meminta agar Jawa mengakui kedaulatan Mongol. tapi permintaan itu ditolak tegas oleh Kertanagara. Dalam Nagarakretagama menyebutkan daerah – daerah bawahan Singhasari di luar Jawa pada masa Kertanagara antara lain, Melayu, Bali, Pahang, Gurun, dan Bakulapura.
Berikut ini beberapa kisah kehidupan pada masa kekuasaan Kerajaan Singhasari :
Dalam masa pemerintahan Raja Kertanagara Kehidupan politik Kerajaan Singhasari berkembang dengan cepat, Hal itu dapat kita lihat dari pelaksanaan politik yang ada di dalam maupun di luar negeri pada masa pemerintahan Raja Kertanegara.
Untuk Politik dalam negeri yang dilakukan antara lain yaitu dengan mengganti pejabat pembantunya. Tiadak hanya itu, untuk memperkuat kekuasaannya, Ia juga melakukan pernikahan politik dan memperkuat aspek angkatan perang.
Dan untuk politik luar negeri yang mereka melakukan sebuah ekspedisi Pamalayu dengan bertujuan untuk menguasai Kerajaan Melayu dan melemahkan kekuasaan dari Kerajaan Sriwijaya. dan keberhasilan lain yang diperoleh selama masa pemerintahan Raja Kertanegara yaitu berhasil menguasai wilayah Sunda, Bali dan juga Kalimantan, serta Malaka.
Kehidupan ekonomi saat zaman Kerajaan Singosari tergolong cukup maju. Karena letaknya yang sangat strategis yaitu berada di lembah sungai Brantas, karena itu tanah yang ada di kawasan tersebut menjadi sangat subur.
karena itulah, mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian sebagai seorang petani. Tidak hanya berada di lembah yang subur, Sungai Brantas pada saat itu juga menjadi salah satu lalu lintas perdagangan antar daerah dan wilayah di jawa.
Karena itu tidak sedikit dari masyarakatnya yang bekerja sebagai pedagang. Walaupun begitu, pada kenyataannya kehidupan ekonomi sempat mengalami fluktuasi atau naik turun. Saat dipimpin oleh Ken Arok, kehidupan ekonomi di Kerajaan Singosari termasuk sangat makmur.
Tapi saat dipimpin oleh Anisapati, kehidupan ekonomi masyarakat menjadi terabaikan. dan kehidupan ekonomi mulai membaik ketika dipimpin oleh Wisnuwardhana. Hingga pada masa pemerintahan Raja Kertanegara, kehidupan ekonomi Kerajaan Singosari mencapai puncak kejayaannya.
Tidak jauh berbeda dengan kehidupan ekonominya, kehidupan sosial dari Kerajaan Singosari juga mengalami pasang surut. Ketika dipimpin oleh Ken Arok, kehidupan sosial pada saat itu tergolong cukup maju. itu dibuktikan dengan adanya daerah yang bergabung ke dalam wilayah Kerajaan Tumapel.
Lalu, ketika dipimpin oleh Anusapati, kehidupan sosial dari Kerajaan Singosari justru menjadi terabaikan. Sampai saat Kerajaan Singosari dipimpin oleh Wisnuwardhana, kehidupan sosialnya mulai sedikit baik. Kemudian saat dipimpin oleh Raja Tarumanegara, kehidupan sosial Kerajaan Singosari menjadi maju.
Kehidupan keagamaan di Kerajaan Singosari tidak dapat dilepaskan dari Agama Hindu dan Budha di Indonesia pada saat itu. Dimana saat itu penganut Agama Hindu dan Budha bisa hidup secara berdampingan dengan damai.
Kehidupan budaya di Kerajaan Singosari tergolong cukup maju. ini dibuktikan dengan adanya prasasti yang ditinggalkan sebagai salah satu bukti dari kejayaan Kerajaan Singasari pada saat itu. Ada banyak sekali produk kebudayaan yang dihasilkan dari kejayaan kerajaan tersebut.
Selain peninggalan berupa prasasti, ada pula patung dan juga candi yang ditemukan diseluruh wilayah Kerajaan Singasari. Adapun peninggalan yang cukup terkenal dari Kerajaan Singasari antara lain Candi Singosari, Candi Jago, dan Candi Kidal. dan ada juga peninggalan lain yang cukup populer yaitu Patung Ken Dedes yang biasanya disebut sebagai Dewi Kesuburan dan Patung Tarumanegara.
Baca Juga:
Nama Kerajaan Singasari belum dikenal saat Anusapati masih menjadi raja. Nama tersebut baru dikenal di tahun 1253. Perpindahan nama kerajaan tersebut sebenarnya terjadi secara tidak resmi. Setelah Raja Wisnuwardhana yang menyerahkan tahta yuwaraja kepada Raja Kertanegara memperbolehkan Kertanegara memindahkan ibukota kerajaan.
Pada awalnya Kerajaan Tumapel yang beribu kota di Kutaraja dan dipindahkan ke Singasari, yang sekarang menjadi bagian dari daerah Malang.Orang-orang lebih senang menyebut kerajaan yang sudah berpindah ibukota tersebut dengan nama Kerajaan Singasari.
Hal ini berkaitan dengan Raja Kertanegara yang menjadi satu-satunya Raja yang mendapatkan kekuasaan tanpa pertumpahan darah dan peperangan. Terlebih lagi di tangan Kertanegara, kerajaan Singasari berada di titik puncak kekuasaannya.
Kebenaran kekuasaan damai yang didapatkan raja Kertanegara dibuktikan oleh catatan sejarah di prasasti Kudadu. Ken Arok yang menjadi pendiri Kerajaan Singasari mendirikan wangsa sendiri bernama wangsa rajasa.
Dalam Wangsa ini menempatkan Raja Kertanegara sebagai raja pamungkas Singasari sekaligus raja pertama yang membuat kerajaan di Jawa Timur terlibat hubungan dengan raja luar negeri. Kekuasaannya berada di sepanjang tahun 1268 hingga 1292, berkuasa selama 24 tahun.
Pada masa Raja Kertanegara, Singasari mengadakan ekspedisi pamalayu dan berhasil menaklukkan kerajaan-kerajaan di luar pulau Jawa. Keberhasilan penaklukan ini diabadikan dengan adanya arca Amoghapasa yang menunjukkan hubungan erat antara Kertanegara di Jawa dan Dharmasraya di pulau Sumatra.
Mereka melakukan kerjasama untuk menolak masuknya Kerajaan Mongol di bumi nusantara. Kerajaan Singasari dalam masa jayanya berhasil melakukan ekspansi hingga ke pulau Bali, Sumatra, Kalimantan dan wilayah Indonesia Timur sesuai sumber dari kitab Negarakertagama.
Sebuah prasasti yang masih misterius tahun 1292 membeberkan bahwa ternyata Kertanegara juga berhasil menguasai pulau-pulau kecil yang ada di nusantara.
Dengan didorong oleh keengganan Raja Kertanegara untuk tunduk pada Kaisar Kubilai Khan dari Tiongkok yang haus kekuasaan. Tahun 1280 dan 1281 Kubilai Khan menyuruh Jawa tunduk di bawah panji dinastinya, tapi Singasari tidak mau.
Karena itu Raja Kertanegaralah menggagas perlawanan kepada dinasti Yuan di Cina. Ia mengajak raja-raja di luar Jawa untuk bersatu menolak tunduk pada Kubilai Khan. IRaja Kertanegara akhirnya mengadakan hubungan internasional hingga ke Kamboja dan menyediakan wilayah kekuasaannya di Jawa sebagai tempat perlindungan bagi kerajaan yang terserang bangsa Mongol.
Kerajaan besar isingasari ni runtuh karena lemahnya sistem pertahanan di dalam kerajaan. Raja Kertanegara terlalu fokus pada pertahanan di luar kerajaan yang mengirimkan pasukan dalam jumlah besar untuk terlibat dalam ekspedisi pamalayu.
Karena itu dalam Kondisi lemah ini dimanfaatkan oleh pemberontak untuk mengakhiri kekuasaan Kertanegara di Kerajaan Singasari. Pada tahun 1292 terjadi lah pemberontakan dan Jayakatwang berhasil membunuh Raja Kertanegara dan memaksa tahta Singasari jatuh ke tangannya.
Raja Kertanegara kemudian dicandikan di Candi Jawi dan Candi Singasari.
Dalam kitab Pararaton, Nagarakretagama, dan prasasti Kudadu mengisahkan Raden Wijaya yang menjadi menantu Raja Kertanagara lolos dari maut. Berkat seorang bupati dari Madura bernama Arya Wiraraja.
Dendam yang dimiliki Raden Wijaya akhirnya membawa dia bergabung dengan pasukan Mongol yang disuruh Kubilai Khan menyerah kerajaan Singasari. Namun Raden Wijaya merahasiakan kondisi mertuanya yang sudah tewas akibat pemberontakan Jayakatwang.
Raden Wijaya menyerang Kerajaan Singasari dan Jayakatwang bersama pasukan milik Kubilai Khan. dan akhirnya Jayakatwang tewas dalam peperangan gabungan ini, semenjak itulah tidak ada lagi Kerajaan Singasari.
Pemerintahan sudah berakhir dan digantikan oleh Raden Wijaya dengan mendirikan kekuasan baru di daerah baru dan dengan nama yang baru. Kemenangan Pasukan Kubilai Khan membuat mereka terlalu senang hingga lupa kenapa Raden Wijaya yang bergabung dengan pasukannya.
Raden Wijaya kemudian balik menyerang balik pasukan Mongol dan memaksa mereka kembali ke wilayah asalnya. Sementara itu, di Jawa Raden Wijaya menuliskan sejarah baru dengan memulai pendirian sejarah kerajaan majapahit.
Semoga artikel inin bisa menambah pengetahuan dan wawasan kamu.