Physical Address
admin@arphamandiri.com
Kesultanan banjar merupakan kerajaan islam terbesar termasuk ke dalam wilayah provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia
Wilayah kesultanan luas terbentang dari Tanjung Sambar sampai Tanjung Aru. Kesultanan ini semula beribu kota di Banjarmasin kemudian dipindahkan ke beberapa tempat dan terkahir di Martapura.
kerajaan Banjar berdiri Tahun 1520 dan menjadi Kesultanan sejak 1526 Lalu dikalahkan oleh hindia belanda dan berkuasa berakhir pada 24 Januari 1905
Dalam artikel kali ini saya akan membahas kesultanan Banjar, mulai awal Islamisasi hingga perkembangannya.
Dimulai Awal abad ke-15 Islam masuk ke Kalimantan Selatan. Seperti daerah Nusantara lainnya, pedagang masih memegang peran penting dalam proses Islamisasi di daerah Kalimantan Selatan.
Para pedagang Muslim yang datang mayoritas berasal dari pulau Jawa. karena Pelayaran dari Jawa ke Kalimantan yang tidak begitu dipengaruhi oleh angin musim timur dan barat, dan mendorong perluasan Islam dari Jawa.
Ini menjelaskan banyaknya unsur kebudayaan Jawa di daerah Banjarmasin. Masuknya Islam di Kalimantan Selatan sudah ada sebelum Sultan Suriansyah (Sultan pertama Kerajaan Banjar) memerintah.
Dikisahkan bahwa Sunan Giri pernah berlayar ke Pulau Kalimantan dengan membawa barang dagangannya. Sesampainya di pelabuhan Banjar, para penduduk yang miskin diberinya barang dengan cuma-cuma.
Kedatangan Sunan Giri ke pulau kalimantab sebagai usaha perluasan dakwah Islam. Sunan Giri mempunyai hubungan dengan Raja ketiga Nagara Daha yaitu Sari Kaburungan. Dikisahkan anak dari Sari Kaburungan, Raden Panji merupakan murid sekaligus menantu dari Sunan Giri.
Baca Juga :
Berdirinya Kerajaan Banjar ini, tak lepas dari pengaruh kekuasaan Kerajaan Daha. Maharaja Sukarama, yang merupakan Raja ke 2 kerajaan Daha, tidak mewariskan tahta kepada anak-anaknya, yaitu Pangeran Mangkubumi dan Pangeran Tumenggung.
Ia justru mewasiatkan tahta untuk cucunya, yaitu Raden Samudra. Sepeninggal Maharaja Sukarama, kepemimpinan diambil alih oleh Pangeran Mangkubumi, sebagai anak pertama Maharaja Sukarama.
Tapi, kekuasaannya tidak berlangsung lama, Karena dibunuh pasukannya sendiri, yang mengadakan persekongkolan dengan Pangeran Mangkubumi. Karena Pasca peristiwa ini, Pangeran Tumenggung naik tahta, dan pada saat itu Pangeran Samudra sendiri baru berusia 7 tahun.
Pangeran Tumenggung menjadikan Pangeran Samudera sebagai musuh terbesar nya, karena takut ancaman datang kepadanya Lalu Pangeran Samudra menyelamatkan diri. Ia menaiki sampan sampai ke muara Sungai Barito, lalu menyamar menjadi seorang nelayan di Pelabuhan Banjar.
Mengetahui kabar ini, Patih Masih yang merupakan penguasa Bandar, mengajak Raden Samudra untuk tinggal di rumahnya. Ia berupaya, supaya Raden Samudra kelak mendapatkan haknya untuk memimpin kerajaan Daha, seperti wasiat Maharaja Sukarama.
Dalam perkembangan Patih Masih mengenal Walisongo lewat para mubaligh Islam dari Gresik dan Tuban, yang singgah di wilayah Banjar. Hubungan yang baik ini, membuat Patih Masih kemudian masuk Islam, dan karena kagum dengan Walisongo yang berhasil membuat kemakmuran di Kerajaan Demak.
Setelah Raden Samudra menginjak masa dewasa, dia berusaha mengumpulkan kekuatan untuk melakukan serangan kepada pangeran Tumenggung. Tapi pasukannya tidak seberapa, sehingga pertempuran tidak berjalan seimbang.
Pada situasi ini, kemudian Patih Masih mengusulkan supaya Raden Samudra meminta bantuan kesultaan Demak. Lalu Permintaan Patih Masih ini lalu diaminkan oleh Sultan Demak, dengan syarat Kerajaan Banjar nantinya akan memeluk Islam.
Pasukan Demak yang dikirim berjumlah 1.000 parjurit ke Banjar untuk peperangan ini. Sumber yang lain, menyebut angka 40.000 pasukan yang dikirim dalam pertempuran ini, dengan 1.000 kapal yang masing-masing berisi 400 pasukan.
Dengan Bantuan ini membuat Pangeran Samudra memperoleh kemenangan telak. Akhirnya, sesuai perjanjian, Ia dan seluruh warga Banjar akhirnya masuk Islam. Setelah menjadi raja Raden Samudra diberi gelar sebagai Sultan Suriansyah atau Sultan Suryanullah, sekalian menjadi raja pertama Kerajaan Banjar.
Dalam catatan Hikayat Banjar, disebutkan bahwa wilayah kekuasaan Kesultanan Banjar membentang dari Negeri Sambas (Kerajaan Sambas) sampai ke Negeri Karasikan (Banjar Kulan).
Wilayah kekuasaan mencakup 5 distirk besar yang ada di wilayah Kalimantan Selatan, yaitu:
Pada abad ke-15 sampai abad ke-17, wilayah Kerajaan Banjar dibagi menjadi 3 teritorial, yaitu :
Ada Beberapa sumber yang mengatakan bahwa sultan kerajaan banjar berjumlah sembilan belas, tetapi sumber lain mengatakan bahwa sultan yang memimpin berjumlah hingga dua puluh tiga.
Berikut adalah Sultan-sulta yang pernah memerintah di Kerajaan Banjar, yaitu:
Sultan Pertama Kerajaan Banjar ialah Sultan Suriansyah. Beliau dikenal dengan pribadi yang cerdas dalam praktik peperangan.
Salah satu strategi peperangannya ialah meminta bantuan Kerajaan Demak untuk menaklukkan Kerajaan Daha, sehingga lahirlah Kerajaan/kesultanan Banjar. beliau bekuasa selama 19 tahun
Masjid Sultan Suriansyah merupakan Peninggalannya yang masih eksis hingga sekarang yang berada di Kota banjarmasin.
Setelah Sultan Suriansyah wafat, Sultan Rahmatullah kemudian naik tahta, Beliau berkuasa selama 25 tahun.
Setelah Sultan Rahmatullah wafat Sultan Hidayatullah meneruskan era kepemimpinan ayahnya dan berkuasa selama 25 tahun
Sultan Mustain Billah berkuasa selama 25 tahun, Pada era kepemimpinannya, ibukota kerajaan banjar berpindah ke Kayutangi, Martapura. perpindahan iini disebabkan karena adanya serbuan yang dilakukan pihak Belanda.
Ratu Agung merupakan putra Marhum Panembahan, berkuasa selama 17. Ratu Agung mendapatkan gelar Sultan Inayatullah.
Ratu Anum adalah putra kedua sultan Marhum Panembahan berkuasa selama 5 tahun. Beliau mendapat gelar Pangeran Darat Kerena kehebatannya sebagai pemimpin perang, .
Adipati Halid naik tahta sebagai wali sultan, karena Amirullah, yang merupakan putra Sultan Saidullah, belum berusia dewasa, beliau berkuasa selama 18 tahun. Dari silsilah kerajaan, Adipati Halid ini merupakan paman Sultan Saidullah.
Setelah Sultan Amirullah Bagus Kesuma cukup dewasa, kekuasaan dikembalikan lagi kepada Beliau.
Sayangnya, masa kekuasaannya hanya selama 3 tahun, karena direbut oleh Pangeran Adipati Anum. Pada era kekuasannya, ibukota kerajaan dipindahkan kembali ke Banjarmasin.
Setelah merebut kekuasaan dari Amirullah Bagus Kesuma cukup, Sultan Agung berkuasa selama 16 tahun. Sultan Agung selalu didampingi Suku Biaju dan Pangeran Aria Wiraraja saat mengelola kesultanan.
Sultan Tahlilullah merebut kekuasaan dengan membunuh Pangeran Adipati Anum beserta anaknya. Sehingga tidak ada lagi putra mahkota yang hidup, dan dia pun mengangkat diri sebagai raja. dia berkuasa selama 21 tahun
Pada masa kekuasaannya, pusat kekuasaan dipindah ke Kayu Tangi, sehingga ia dijuluki Raja Kayu Tangi.
Sultan Tahmidullah dikenal juga sebagai Sultan Tahlilullah 2, beliau berkuasa selama 34 tahun.
Pangeran Tamjid mendapat gelar Panembahan Baradualam atau Sultan Sepuh beliau berkuasa selama 25 tahun. Beliau teguh menjalankan ajaran leluhur, dengan merawat silsilah kerajaan, dengan memberikan tahta kepada keturunannya para raja.
Saat Pangeran Muhammad Aliudin belum dewasa, maka diangkatlah Wali Sultan, yakni Pangeran Nata Dilaga beliau mejadbat menajdi sultan selama 2 tahun.
Setelah Pangeran Muhammad Aliudin dewasa, Pangeran Nata Dilaga memberikan tahta kerajaan dikembalikan kepada Beliau, beliau berkuasa selama 40 tahun.
Beliau merupakan putra Sultan Tamhidullah, yang naik tahta sesudah Pangeran Muhammad Aliuddin wafat berkasa selama 24 tahun.
Sultan Adam Al Wasik Billah sebelumnya merupakan seorang bupati atau mangkubumi. Saat naik tahta jadi sultan, posisi mangkubumi belum ada yang menggantikan, sehingga Beliau rangkap jabatan.
Hal itu membuat terjadinya kericuhan di internal kerajaan, karena sultan tidak diperbolehkan merangkap mangkubumi.
Putra Sultan Adam Al Wasik Billah ini Pangeran Tamjidillah, hanya berkuasa selama 2 tahun, karena berakhir akibat fitnah yang dilancarkan oleh Belanda.
Pangeran Antasari merupakan putra Pangeran Mashud dan beliau berkasa selama 3 tahun.
Pada masa pemerintahannya, pusat kerajaan yang ada di Bakumpai, diperlebar hingga ke Tanah Dusun. Dengan bantuan Tumenggung Surapati, keduanya bahu-membahu melawan pejajah Belanda.
Sultan Muhammad Seman berkuasa selama 41 tahun, beliau meneruskan upaya sang ayah, Pangeran Antasari, untuk melawan Belanda. Namun pada tahun 1905 Beliau gugur di medan perang, Sehingga, berakhir pula lah riwayat Kerajaan Banjar.
Berikut ini 5 aspek kehidaupan di Kesultanan banjar :
Perekonomian Kerajaan Banjar mulai berkembang pesat saat memasuki abad ke-16 hingga ke-17 Masehi. Banjarmasin menjadi pusat kerajaan, menjadi kota dagang yang besar, yang memberi dampak bagi kesejahteraan masyarakat banjar.
Hal ini terjadi karena posisi Kalimantan Selatan yang sangat strategis dalam jalur perdagangan. Dan Komoditas utama yang dihasilkan berupa tanaman lada, yang bahkan bisa diekspor ke luar negeri.
Memasuki abad ke-17, Kerajaan Banjar dikenal juga dengan produksi kapal dan senjatanya, seperti kapak, golok, cangkul, dan sebagainya. Efek kemajuan dalam bidang industri ini juga meningkatkan kemajuan dalam sektor pertukangan.
Dala bidang politik Pemerintahan Kerajaan Banjar sangat dipengaruhi oleh Kesultanan Demak. Semua ini tidak lepas dari fakta sejarah, Bahwa berdirinya Kerajaan Banjar karena bantuan Kerajaan Demak.
Perbedaannya, kekuasaan sultan di Kerajaan Banjar, tidak seabsolut kekuasaan para raja/sultan di Pulau Jawa. Kekuasaan sultan dipengaruhi oleh faktor kekayaan, sehingga pemerintahannya berbentuk aristokratis.
Dari faktor tersebut Para bangsawan sangat berkuasa di sini, dan kedudukan sultan hanya disimbolkan sebagai pemersatu bangsa saja.
Agama resmi yang dipeluk Kerajaan Banjar ialah Agama Islam. Hal ini menjadikan kedudukan seorang ulama, mendapatkan posisi yang terhormat di dalam kalangan kerajaan.
Meski pun begitu, hukum Islam bukanlah sumber peraturan yang di pakai dalam pemerintahan kerajaan banjar. Karena, tidak terdapat ulama yang mumpuni untuk mendampingi Sultan dalam mengawal ketetapan hukum kerajaan.
Masyarakat yang hidup di Kerajaan Banjar ini sebagian bersar berasal dari etnis Suku Ngaju (Banjar Muara), Suku Bukit (Banjar Hulu), dan Suku Maanyan (Banjar Batang Banyu).
Dalam kehidupan sosialnya, masyarakat Kerajaan Banjar ini terbagi menjadi 3 golongan, yaitu :
Baca Juga :
Memasuki abad ke-17 Kerajaan Banjar mengalami masa kejayaan dan perkembangan cukup pesat saat, ketika lada dan rempah-rempah yang dihasilkannya sangat berlimpah. Selain itu Kerajaan Banjar memperluasan wilayah ke berbagai daerah di Pulau Jawa, seperti Madura dan Surabaya.
Pada era kekuasaan Sultan Agung, banyak juga bandar pelabuhan di Jawa yang dijatuhkan, sehingga mempermudah langkan penaklukkan selanjutnya.
Kekuatan militer Kerajaan Banjar pada masa itu cukup kuat. Hingga mereka berani melawan serangan Belanda, dengan persenjataannya yang lebih modern. Proses penaklukan ini kemudian mempengaruhi kebudayaan masyarakat Banjar sendiri.
Di mana, kebudayaan Jawa melebur di tengah kehidupan warga Banjar, di samping besarnya proses migrasi rakyat Jawa ke Kalimantan. Dan Pada masa itu lah, Kerajaan Banjar merupakan kerajaan Islam terbesar di Kalimantan.
Kedudukannya kian tinggi lagi, ketika meletus Peperangan Makassar yang dimenangkan pihak Kerajaan Banjar. Dengan demikian, kerajaan Banjar berhasil merebut jalur perdagangan utama atara Pulau Jawa dan Kalimantan.
Setelahnya Kesultanan Mataram di bawah pemerintahan Sultan Agung, membuat rencana untuk menguasai wilayah Kalimantan selatan Seperti pendahulunya di Demak dengan menguasai Wilayah Sukadana.
Namun Pada saat itu Kerajaan Banjar berada di puncak kejayaannya setelah menguasai wilayah Sambas, Lawai, Sukadana, Kotawaringin, Pembuang, Sampit, Mendawai, Kahayan Hilir dan Kahayan Hulu, Kutai, Pasir, Pulau Laut, Satui, Asam Asam, Kintap dan Swarangan.
Jdi Sejak tahun 1631, Kerajaan Banjar sudah bersiap-siap untuk menghadapi serangan dari Kesultanan Mataram. Tetapi serangan dari keultanan Mataram itu gagal terjadi dikarenakan kekurangan logistik.
Disamping menghadapi rencana serangan dari Mataram, kesultanan Banjarmasin juga harus menghadapi kekuatan Hindia Belanda yang telah menguasai dan berkoloni di Batavia.
Tahun 1637 Banjar dan Mataram harus mengadakan perjanjian gencatan senjata setelah hubungan tegang selama bertahun-tahun untuk bersiap menghadapi Belanda.
Berikut ini Beberapa Pertempuran antara Banjarmasin melawan Belanda :
Keruntuhan Kesultanan Banjar di mulai dari perpecahan di kalangan istana disebabkan oleh kedatangan Hindia Belanda, yang ikut campur dalam pengelolaan kerajaan.
Awal mulanya Kerajaan Banjar memiliki hubungan yang baik dengan pemerintah kolonial Hindia Belanda, Dan Awalnya datang hanya untuk mendapatkan sumber lada.
Lalu, mereka perlahan-lahan memberi bantuan demi bantuan kepada Kerajaan Banjar untuk melakukan perluasan wilayah. Akibatnya, orang Hindia Belanda diterima dengan baik di lingkungan istana. Sampai akhirnya, mereka turut campur dengan urusan pemerintahan.
Hubungan sultan dan Hindia Belanda makin memanas, hingga meledaklah peperangan untuk mempertahankan wilayah di Kalimantan Selatan. Dalam sejarah pertempuran tersebut dikenal dengan“Perang Banjar”
Perang Banjar berlangsung selama 2 periode.
Perang banjar terjadi hampir setengah abad, dengan hasil kekalahan di pihak Kerajaan Banjar dan kemenangan oleh pihak hindia Belanda.
Pada tahun 1905, pasukan dan rakyat Kerajaan Banjar mulai mengalami kemunduran dan kekurangan logistik pada akhir perang ini. diikuti dengan kematian Sultan Muhammad Seman
Dengan terpatahkannya perlawanan rakyat Banjar pada tahun 1905, maka hal ini menandai runtuhnya era dari Kerajaan Banjar yang telah berdiri sejak tahun 1520.
Semoga artikel ini bisa menambah wawasan dan pengetahuan kamu.