Physical Address
admin@arphamandiri.com
Kebijaksaan sejati adalah mengetahui bahwa kita sebenarnya tidak tahu apa-apa. Keagungan dari kalimat Sokrates ribuan tahun lalu itu, ternyata merupakan solusi permasalahan sosial di masa sekarang. Saat ini Masyarakat memiliki kecenderungan bahwa mereka yang memiliki sedikit pengetahuan justru merasa dirinya paling hebat.
Berkomentar di media sosial tentang suatu fenomena/peristiwa seakan paling kompeten dalam bidang tersebut. Memberikan nasehat kepada orang lain tentang suatu perkara, seolah dirinya maha tahu dari yang paling tahu. dan Lebih parah lagi, mereka tak segan-segan untuk membantah bahkan menghujat semua argumen yang berbeda.
Siapapun orangnya, termasuk para ahli sekalipun tetap dibantah jika memiliki pendapat yang berbeda. media sosial memberikan kemerdekaan seluas-luasnya kepada seluruh orang untuk berpendapat. Jika tidak hati-hati bisa saja kita terperangkap dengan argumen si maha tahu netizen dengan segala bacotnya.
Kamu bisa lihat Debat di medsos lebih terbuka, inklusif, egalitarian, interaktif, tidak pastinya jalan debat, siapa saja yang terlibat tidak terprediksi, bahkan berapa lama debat di medsos berakhir sulit untuk dilihat, apalagi hasil akhirnya tidak jelas.
Dalam artikel kali ini saya akan membahas fenomena yang terjadi di lingkungan kita Dunning Kruger Effect, mari kita simak.
Fenomena ini terjadi karena seseorang yang tidak memiliki kemampuan tapi merasa dirinya hebat ini dinamakan Dunning Kruger effect.
Istilah ini pertama kali muncul dari hasil penelitian 2 orang yaitu David Dunning dan Justin Kruger yang dilakukan dalam bidang humor, grammar, dan tes logika.
Hasilnya menemukan bahwa orang yang memiliki skor test tinggi cenderung memiliki persepsi yang akurat terhadap kemampuannya, pada kelompok rata-rata memliki persepsi yang hampir akurat, sedangkan pada kelompok rendah memiliki persepsi yang tidak akurat dan kepedean akan mendapatkan skor yang tinggi.
Dan Kesimpulan dari studi ini yaitu seseorang dengan tingkat keahlian rendah cenderung menilai dirinya melebihi kenyataan, memiliki rasa percaya diri yang tinggi, dan membentuk khayalan bahwa dirinya hebat (illusory superiority).
Dunning-Kurger effect merupakan kebalikan dari impostor syndrome, dimana seseorang yang sesungguhnya kompeten justru selalu meragukan kemampuannya sendiri dan selalu merasa kurang cakap. Jika kita dicermati lebih lanjut, salah satu alasan mengapa seseorang mengalami Dunning-Kruger effect karena ketidakmampuan seseorang mengenali dirinya sendiri.
Seseorang terjebak effect ini karena memiliki kemampuan metakognisi yang rendah dan selalu berusaha menampilkan persona terbaiknya agar dipandang superior. inilah yang menyebabkan seseorang menilai berlebihan kemampuan yang dimilikinya dan mengabaikan kelemahan dan kekurangannya.
Solusi paling canggih untuk tidak terperangkap kedalam bias kognitif ini dengan cara memahami diri sendiri, mengetahui batas kemampuan, dan menerima segala kekurangan. Kemudian, meminta pendapat orang lain tentang baik atau buruknya kemampuan kita. Kritik dan saran dari orang lain sangatlah membantu, sebab ada area diri yang tidak bisa kita lihat namun bisa dilihat orang lain
Baca Juga :
Apakah semua orang yang selalu merasa benar mengalami Dunning-Kruger Effect? menurut David dan Justin orang yang mengalami Dunning-Kruger Effect biasanya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
lalu apa ya yang bisa kita lakukan agar tidak terkena efek Dunning-Kruger ini? Ada beberapa cara nih yang bisa kamu coba.
Jangan berhenti untuk terus belajar dan berlatih, Teruslah belajar dan mencari tahu lebih dalam.
Jangan pernah berasumsi bahwa kita sudah mengetahui segalanya. Ketika kita mendapatkan lebih banyak informasi mengenai suatu topik, kita akan menyadari bahwa masih banyak hal yang perlu dipelajari.
Hal ini akan mengurangi kecenderungan untuk berasumsi bahwa kita sudah Ahli, padahal sebenarnya yang kita ketahui belum seberapa.
Jangan ragu untuk meminta kritik atau saran dari teman, guru, atau keluarga.
Strategi lainnya ialah dengan meminta kritik yang konstruktif dari orang lain. Pada awalnya mungkin akan sulit bagi kita untuk menerima kritik dari orang lain, tapi feedback dari orang lain akan membuka pikiran kita dalam menilai kemampuan kita sendiri.
Cari informasi yang berlawanan dengan pengetahuan yang kita yakini, Bahkan ketika sudah terus belajar dan mendapatkan feedback, masih ada kemungkinan bagi kita untuk fokus hanya pada hal-hal yang sesuai dengan pengetahuan kita.
Jika kita hanya fokus terhadap apa yang kita ketahui Ini merupakan contoh lain dari bias psikologis yang disebut Bias Konfirmasi. untuk meminimalisir hal ini, kita harus terus mempertanyakan pengetahuan dan kemampuan kita.
Carilah informasi yang berlawanan dengan pengetahuan yang kita yakini, hal ini akan menimbulkan pertanyaan, Apa benar? Apa selama ini aku salah?
Dunning-Kruger effect memang penyakit pasti di alami para pembelajar, sebagaimana Umar bin Khattab yang bilang tahapan awal seseorang yang menuntut ilmu akan sombong. Tetaplah jadi pelajar yang haus akan ilmu pengetahuan dan tidak sombong, seperti kata pepatah indonesia “jadilah padi, semakin berisi semakin merunduk”.
Beranilah menjadi tidak tahu daripada sok tahu, seseorang tidak dihukum atas ketidaktahuannya, bukan kesoktahuannya. Berhentilah menciptakan narasi tentang suatu perkara yang bukan keahlianmu.
Janganlah mengutuk orang lain bodoh karena tidak mengerti tentang apa yang kamu jelaskan. Sebenarnya siapa yang bodoh? Orang yang tidak mengerti apa yang kamu jelaskan, atau jangan-jangan dirimu sendiri?
Semoga artikel ini bisa memambah pengetahuan dan wawasan kamu