Physical Address
admin@arphamandiri.com
Pernahkan Ketika kamu melihat sebuah objek, awan atau rumah misalnya, terlintas di pikiran kamu bahwa benda tersebut memiliki bentuk menyerupai wajah manusia, karakter kartun, atau karakter makhluk hidup lainnya? Jika iya, momen tersebut ternyata bagian dari fenomena psikologis yang disebut pareidolia.
Fenomena di Terjadi di mana kamu melihat bentuk wajah seseorang di awan atau bercak di tembok. Bagaimana hal tersebut bisa terjadi? Perlukah mendapat penanganan medis, kalau terlalu sering melihat seperti itu, bahaya tidak ya?
arikel kali ini saya akan membahas fenomena Apa itu Pareidolia Melihat Wajah Orang pada Benda Mati
Pareidolia merupakan sebuah fenomena psikologis ketika seseorang dapat mengenali suatu bentuk, dari pola, atau objek tertentu (biasanya wajah mahluk hidup), padahal yang dilihat adalah benda mati.
istilah fenomena pareidolia berasal dari bahasa Yunani yang merupakan gabungan dari dua arti kata, yakni ‘suatu yang salah’ dan ‘gambar.
Di Dalam ilmu kesehatan, fenomena seperti ini terkadang digolongkan ke dalam ilusi visual (keliru menangkap dan mengartikan suatu gambar) atau bahkan halusinasi visual (seolah-olah melihat wajah, padahal tidak ada apa-apa).
tapi Perlu diingat, pareidolia ini bukanlah kelainan atau gangguan, sehingga kita tidak bisa menyebutnya dengan kelainan pareidolia.
Sebagai contoh pareidolia yang umum terjadi : Menganal Pareidolia
terjadinya fenomena psikologis ini, kemiripan objek dengan apa yang ditafsirkan dianggap sebagai hal sentimentil. Bahkan, sering dianggap sebagai hal mistis yang dihubungkan dengan mitos atau legenda! Padahal, kebetulan saja bentuknya seperti itu.
diperkirakan cukup banyak orang pernah merasakan fenomena ini, yang mana mayoritas adalah perempuan.
Baca Juga :
Karena ini bukan termasuk gangguan, maka semua bisa mengalaminya. Waktu dan tempatnya tak terbatas.
Pareidolia lebih mirip seperti persepsi. dimana satu objek bisa dibayangkan atau dilihat sebagai bentuk yang berbeda-beda, tergantung dari pemikiran yang melihat. dari studi yang dirilis di Cell Press Journal pada 2017 menyebut bahwa kondisi pareidolia berkaitan dengan cara kerja otak dalam memproses dan mengartikan rangsangan visual.
Dalam otak manusia memiliki area yang bertanggung jawab terhadap pengenalan dan persepsi akan wajah, yaitu bagian depan (frontal) dan samping (temporal). otak mereka mempunyai kecenderungan untuk langsung memproses suatu benda mati menjadi bagian wajah tertentu.
Para ahli berpendapat, pareidolia merupakan khayalan indera manusia. Dengan membayangkan sesuatu, kita menjadi mendapatkan pembenaran dari apa yang kita yakini.
Sebagai Contoh : seseorang percaya bahwa ada dinosaurus pernah ada di wilayah. Ketika ada bebatuan besar yang bentuknya mirip seperti binatang tersebut, ia menganggap bahwa batu itu adalah dinosaurus yang membatu karena termakan usia. Jadi, menurutnya, apa yang diyakini selama ini benar adanya.
Nyatanya Pareidolia dapat menjadi salah satu gejala penyakit, terutama yang berhubungan dengan sistem saraf pusat.
Kondisi ini mungkin perlu diwaspadai apabila kamu mengalaminya secara berulang.
Penulis dan ahli kosmologi Amerika Serikat, Carl Sagan berpendapat, pareidolia merupakan metode bertahan yang dilakukan oleh manusia.
Dalam bukunya yang berjudul The Demon-Haunted World – Science as a Candle in the Dark, kemampuan untuk bisa melihat wajah dari pola acak atau jarak pandang yang tak jelas dan jauh merupakan metode bertahan hidup yang unik.
Dari Insting inilah yang membuat kita bisa memutuskan cepat apakah pihak yang mendekat merupakan teman atau lawan. hasilnya manusia kerap mengalami misinterpretasi dari pola acak yang ada.
Salah satu pelukis terkenal di dunia, Leonardo da Vinci, pernah berpendapat bahwa pareidolia sebenarnya termasuk proses seni. Seorang seniman sering kali mengalami fenomena ini.
Bahkan, sebaiknya seniman harus mengalami pareidolia untuk sebuah karya (mirip seperti inspirasi seniman).
Studi yang dipublikasikan Association for the Scientific Study of Consciousness melaporkan, pareidolia disebut juga sebagai fenomena yang berhubungan dengan sifat dan kondisi emosi seseorang.
Ini berarti, di saat seseorang bisa melihat wajah dari objek acak di sekitarnya, hal itu berkaitan dengan mood dan neurotismenya sendiri.
Neurotisme merupakan dimensi kepribadian seseorang dalam hal kecemasan dan rasa tertekan. Orang yang sering mengalami ini disebut-sebut bisa memecahkan masalah dengan cara yang unik dan berbeda.
Terlepas dari apa pun penyebabnya, Ikhsan Bella Persada, M.Psi.,Psikolog mengatakan, fenomena psikologis ini lebih mengarah kepada persepsi. “Nah, sayangnya, pada beberapa orang yang melihat bentuk makhluk hidup di benda mati, itu bisa menimbulkan perasaan cemas atau takut berlebih, apalagi jika keseringan,”.
Psikolog Ikhsan pun berpendapat, “Jika sesekali saja kita membayangkan benda ini mirip dengan A, benda ini mirip dengan B, itu sangat lah wajar”. Tapi jika kita sampai mengkhayal bahwa objek tersebut akan mengejar dan menghantui kita, ini butuh pertolongan lebih lanjut.”
Psikolog bisa mencari tahu, apakah kondisi tersebut hanya pola khayal pada umumnya atau mengarah kepada skizofrenia. kalau dibiarkan terus-menerus, apalagi si orang itu sudah merasa dihantui oleh objek yang ada, bukan tak mungkin pareidolia mengarah ke skizofrenia.
Melihat wajah di benda mati sebenarnya merupakan hal wajar dan bukan sebuah kelainan atau gangguan mental. Malahan, pareidolia juga mengarah kepada proses kreatif seseorang!
Namun, hati-hati bila kondisi khayal-mengkhayal ini sudah sampai memengaruhi kehidupan kamu, misalnya seperti dihantui atau dikejar-kejar. Jika tak ditangani dengan baik oleh psikolog, dikhawatirkan pareidolia berujung pada skizofrenia.
semoga artikel Apa itu Pareidolia ini bisa mermanfaat