Physical Address
admin@arphamandiri.com
Proyeksi psikologi merupakan mengalihkan emosi yang tidak diinginkan dari diri sendiri kepada orang lain. Termasuk suka menyalahkan orang lain untuk melindungi ego diri.
Di antara berbagai mekanisme pertahanan manusia, proyeksi adalah mengalihkan emosi yang tidak diinginkan dari diri sendiri kepada orang lain. Tak hanya rasa itu, orang yang melakukan hal ini juga bisa melemparkan kesalahan pada orang lain.
Tak hanya itu, bentuk pertahanan diri ini juga menganggap orang lain memiliki perasaan sama dengan dirinya sendiri. Artinya, emosi yang dialami pun juga serupa.
Konsep proyeksi pertama kali digagas oleh Sigmund Freud berdasarkan pengalamannya menangani pasien. Freud melihat pola yang serupa, terkadang pasien menganggap orang lain memiliki emosi sama dengan dirinya.
Memproyeksikan perasaan kepada orang lain adalah hal yang bisa terjadi secara alami sebagai bentuk pertahanan diri.
Sebagai Contoh : ketika seseorang berselingkuh dari pasangannya. Bukannya mengakui sudah bertindak tidak jujur, proyeksi dilakukan dengan menuduh pasangannya melakukan hal yang sama seperti dia.
Contoh lainnya ketika merasa tidak suka terhadap seseorang, yang terjadi justru meyakini orang itu merasakan hal yang sama.
Ini adalah cara seseorang untuk mengatasi emosi yang sulit diterima atau diungkapkan. Perasaan sama-sama tidak saling menyukai dianggap paling logis dianggap sebagai pembenaran, bagian dari pertahanan diri.
Baca Juga :
Orang yang melakukan proyeksi ini adalah mereka yang tidak benar-benar mengenal dirinya sendiri.
Dengan menuding orang lain memiliki emosi dan kekhawatiran yang sama, ini bisa membuat mereka sedikit lebih tenang dan bisa mengabaikan emosi negatif itu.
Kebiasaan memproyeksikan perasaan kepada orang lain juga dilakukan oleh orang yang kurang percaya diri serta rendah diri. Dalam skala yang lebih besar, rasisme dan homophobia juga merupakan bentuk proyeksi.
lain halnya seorang individu yang bisa menerima kegagalan dan kelemahan dirinya cenderung tidak melakukan proyeksi atu menyalahkan orang lain. Mereka tidak merasa perlu memproyeksikan perasaan karena memiliki toleransi dalam mengenali emosi negatif oleh dirinya sendiri.
Semua orang bisa saja berada dalam situasi proyeksi, baik dari diri sendiri maupun dituding orang lain.
Contoh saat sedang memaparkan konsep di depan teman-teman kantor, justru ada rekan kerja yang menuding kamu selalu memaksakan keinginan. Padahal, itu adalah ciri khas dari si penuding.
Ada beberapa hal yang bisa di lakukan Untuk menghentikan atau menghindari proyeksi antara lain:
Langkah awal untuk menghindari proyeksi dengan mengenali diri sendiri, terutama kelemahan-kelemahannya. Jika di perlukan, tuliskan dalam jurnal untuk tahu dengan detail.
Melakukan refleksi diri ini membantu seseorang melihat dirinya secara objektif.
Jika ada orang terdekat dan bisa memahami diri kamu, tanyakan kepada mereka apakah pernah merasa diproyeksikan. Pilih orang yang benar-benar membuat nyaman dan dipercaya untuk bertanya hal ini. Bersikaplah terbuka dan jujur. Setelah itu, siapkan mental untuk tahu jawabannya.
Terkadang, cara terbaik untuk menghentikan kebiasaan proyeksi perasaan adalah dengan berkonsultasi dengan pakarnya. Mereka dapat membantu mengidentifikasi alasan mengapa proyeksi terjadi. Apabila proyeksi ini sudah pernah membuat hubungan dengan orang lain berantakan, terapis juga dapat membantu memperbaiki koneksi ini.
Sangat alami ketika seseorang ingin melindungi dirinya dari perasaan dan pengalaman negatif. tetapi ketika keinginan melindungi diri ini berubah menjadi proyeksi, bisa jadi sudah saatnya menelusuri akar masalahnya.
Dengan melakukan hal itu, kepercayaan diri bisa meningkat.dan hubungan sosial dengan orang lain mulai dari rekan kerja, pasangan, atau sahabat juga bisa terjaga.
Tak ada lagi kebiasaan untuk menyalahkan orang lain.
semoga artikel ini mengenal Proyeksi Psikologi bisa menambah wawasan dan pengetahuan kamu.