On Writing Well – 7 Prinsip utama Menemukan Kepercayaan Diri Dalam Menulis

Ada 1 pertanyaan tiba-tiba muncul dalam benak saya, bagi kamu yang sedang atau seringkali menulis sebenarnya kamu menulis untuk siapa?

Berbicara tentang tulis menulis, sepertinya sangatlah luas dan tidak bisa kita samaratakan begitu saja.

Ada yang memang menulis untuk dirinya sendiri seperti jurnaling dll., untuk tujuan entertaining, komunikasi, bahkan hingga tulisan untuk keperluan bisnis, seperti marketing pun tak jarang kita temui.

Begitupun ketika berbicara tentang profesi penulis di era digital sekarang, mulai dari content writer, technical writer, ux writer, news writer, dan mungkin masih banyak lagi writer2 lainnya yang belum kita jumpai.

Lupakan tentang profesi, sekarang kita akan bahas lebih dalam tentang esensi menulis di online, termasuk menulis untuk konsumen.

Ambil contohnya tulisan-tulisan di media. Banyak dari tulisan online yang saya temui akhir-akhir ini terlihat sebagian besarnya memang ditulis untuk konsumsi publik dan tak jarang kebanyakan adalah untuk melancarkan marketing, dll.

Menurut Ann Handley, seorang ahli digital marketing asal Amerika mengatakan bahwa:

“In an online world, our online words are our emissaries, they tell the world who we are,” – Ann Handley

Yang jika diterjemahkan, maksudnya adalah ketika kita menulis di online, kata-kata yang kita tulis adalah perwakilan kita, merepresentasikan siapa kita sebenarnya kepada dunia.

Apalagi yang memang sedang menggeluti dunia kepenulisan online, menulis seperti berbicara kepada seseorang di atas layar. Menjadi hal yang sangat esensial untuk kita bisa menyampaikan tulisan dengan jelas & percaya diri tentang masalah apapun, termasuk juga pada konsumen.

Dan inilah yang berusaha diangkat oleh penulis buku “On Writing Well”, William Zinsser. Inti daripada buku On Writing Well ini membuat saya sadar betapa banyak kesalahan yang saya lakukan selama ini dalam permasalahan menulis, mungkin juga termasuk di dalam artikel ini.

dalam artikel ini saya akan merangkum 7 prinsip utama menulis yang dibawa oleh William Zinsser ke dalam buku On Writing Well.

1 Hakikat Menulis Adalah Menulis Ulang

Dari prinsip pertama ini, saya kembali menyadari maksud dari perkataan William dan juga yang mungkin banyak orang bilang bahwa “Your first draft is shit” atau “Your first draft is always junk.”

foto by negative space

Kenapa? Karena memang biasanya ketika orang menulis draft pertama, kebanyakan hanya berusaha untuk mengeluarkan semua isi kepala mereka dulu, yang mungkin bisa diistilahkan sebagai “baru mentah” nya saja.

Namun meski begitu, proses tersebut jangan kita tahan, dan jangan kita kritisi dulu. Karena memang saya sendiri pun menyadari bahwa menulis itu hal yang sangat susah-susah gampang, apalagi saat memulai di 1 paragraf pertama.

Jika di awal paragraf saja kita sudah mengkritisi tulisan kita, besar kemungkinan kita tidak akan melanjutkan tulisan tersebut ke paragraf selanjutnya. Benar bukan? Jadi selalu diingat bahwa hakikat menulis adalah “re-writing” atau menulis ulang.

Baca juga : Ciri-ciri karakteristik tocix people yang harus di jauhi

2 Semua Tulisan Adalah Untuk Menjawab Pertanyaan / Permasalahan

Dari quote William untuk poin kedua ini, saya sangat setuju bahwa semua tulisan yang baik itu biasanya ditulis dengan tujuan untuk menjawab pertanyaan / memecahkan permasalahan yang sedang marak di publik.

foto by unsplash

Selain agar kita sebagai penulis bisa menyampaikan informasi terkini, audiens pun bisa relate dengan konten tulisan kita. Merasa bahwa apa yang kita tulis nyambung dengan permasalahan yang sedang mereka alami atau pertanyakan saat ini.

3 Tulis Dari Sudut Pandang Orang Pertama

Mungkin kamu pun menyadari bahwa di artikel ini banyak penggunaan kata saya & kita bukan?

foto by unsplash

Nah hal itu pun sama disampaikan oleh William Zinsser dalam buku On Writing Well bahwa dalam menulis, cobalah ajak audiens untuk mengobrol dua arah.

Caranya gimana? Gunakan subjek saya, aku, kami, gue, kita, dll, sehingga hal itu memudahkan kita untuk relate dengan audiens karena tulisan kita jadi lebih personal. Pembaca merasa seperti sedang lagi diajak ngobrol tentang suatu topik pembahasan.

4 Coba Selipkan Hook Untuk Menggiring Pembaca Ke Paragraf Selanjutnya

Mungkin kamu pun bertanya-tanya, contoh hook nya seperti apa ya kira-kira?

foto by unsplash

Paling mudahnya mungkin hook ini bisa dalam bentuk humor, karena biasanya sebagian besar orang senang dan tertarik untuk membaca paragraf selanjutnya ketika mereka menemukan sesuatu yang berbau jenaka.

Sama halnya ketika kita memulai 1 baris pertama tulisan kita. Kalau 1 baris pertama nya sudah sebegitu menariknya, itu biasanya akan membuat orang ingin membaca baris ke-2, ke-3, ke-4, dan seterusnya.

Mungkin selain humor, alternatif lainnya kita juga bisa gunakan fakta-fakta mengejutkan, sharing pengalaman, pertanyaan, dll.

5 Sampaikan 1 Hal Penting Kepada Audiens, Tidak Harus 2 / 3/ 4 atau Lebih

foto by unsplash

“Every successful piece of non-fiction should leave the reader with ONE provocative thought that he or she didn’t have before. Not two, not five, just one”

William Zinsser

Maksudnya apa? Ketika kita menulis sebuah tulisan non-fiksi apapun, pastikan bahwa kita sudah tahu 1 hal yang ingin kita sampaikan. Tidak perlu pusing-pusing memikirkan dua, lima hal atau bahkan lebih.

Jadi, saat kita menulis, cobalah terus bertanya pada diri kita, “saya sebenarnya pengen ngomong apa ya dari tulisan yang saya tulis ini?”

Setelah itu, coba cek apakah 1 pesan penting tersebut sudah tersampaikan dengan jelas atau masih tersamarkan karena mungkin kita kebanyakan poin yang lain?

Atau justru kita masih membawa pembaca belok sana belok sini sehingga mereka sulit mengambil pesannya? Maka coba mulai berlatih untuk poin kelima ini.

6 Masukkan Beberapa Detail Kenapa Tulisan ini Ditulis & Begitu Penting

Dalam menulis tulisan non-fiksi, poin ini merupakan cara kita untuk memberi alasan kenapa tulisan kita layak untuk ditulis dan dibaca.

foto by unsplash

Jadi bukan hanya memberikan cerita & narasi yang pada dasarnya lebih condong pada emosional pembaca, tapi juga kita menyisipkan data-data yang menampilkan fakta, seperti hasil penelitian, ungkapan beberapa ahli, dll yang berbicara langsung pada logika.

Sebenarnya mungkin tujuan dari penerapan poin ini juga bisa membuat otak kiri dan otak kanan terpuaskan ketika membaca tulisan kita, sehingga keduanya akan balance.

7 Baca Keseluruhan Tulisan kamu Sambil Bersuara Sebelum Publish

Terakhir, sebelum kita memutuskan untuk mempublish tulisan kita ke publik, entah di media manapun, pastikan kita membaca lagi hasil tulisan kita dari baris awal hingga akhir. Tujuannya yaitu untuk membayangkan diri kita menjadi pembaca.

Lalu mengapa harus bersuara? Karena hal itu sedikit banyak akan membantu kita untuk merasa seolah-olah pembaca kita sedang menyuarakan tulisan kita di kepala mereka.

Apakah tulisan kamu sudah enak dibacanya? flow nya mengalir? Apakah masih ada kalimat yang ambigu?.

Sehingga hal ini akan memudahkan kita untuk melakukan revisi lebih lanjut jika memang dirasa tulisan kita belum begitu jelas atau masih ada sedikit kesalahan di beberapa titik.

Nah itulah 7 prinsip utama untuk menulis dengan baik dari On Writing Well besutan William Zinsser, yang juga bisa kita terapkan aturan-aturan tersebut ke dalam bisnis kita. Saya akan menutup rangkuman ini dengan kutipan William Zinsser yang berkata:

“Berapapun usia kamu, jadilah diri kamu saat menulis. Menulislah untuk diri sendiri, satu audiens saja.” – William Zinsser

Artikel ini merupakan Rangkuman yang saya ambil dari salah satu video channel Fellexandro Ruby berikut:

DIBACAIN — 01: Writing Well (Rahasia Gua Nulis 1000 Blogpost)

Dari pembahasan diatas, kita bisa menyadari bahwa sebagian besar komunikasi ke konsumen di online adalah dalam bentuk tulisan, itulah mengapa menulis yang bagus jadi sangat penting.

Semoga artikel ini bisa menambah wawasan dan pegetahuan kamu

IDCloudHost | SSD Cloud Hosting Indonesia
Share your love

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *