Physical Address
admin@arphamandiri.com
Peninggalan Kerajaan Medang Kamulan – Kerajaan Medang kamulan merupakan lanjutan dari kerajaan Mataram Kuno, Kerajaan ini telah berdiri sejak abad ke-8 dan didirikan oleh Mpu Sendok. Mpu Sendok sendiri merupakan salah satu pejabat kerajaan Mataram Kuno. Nama Kerajaan Medang Kamulan berasal daru suku kata kamulyan atau kemuliaan.
Kerajaan Medang Kamulan memiliki corak Hindu dan letaknya ada di sungai Brantas yang beribu kota di Wantas Mas. Saat kerajaan Mataram mengalami keruntuhan, Mpu Sendok mendirikan kerajaan bernama Kerajaan Medang. Selain itu, Mpu Sendok juga mendirikan Dinasti Isyana yang selanjutnya menjadi raja-raja di Kerajaan Medang.
Kerajaan Medang Kamulan telah meninggalkan banyak peninggalan sejarah. Berikut peninggalan sejarah dari kerajaan ini adalah sebagai berikut.
Dalam artikel kali ini saya akan membahas 15 Peninggalan Kerajaan Medang Kamulan, mari kita simak
Peniggalan yang pertama, Prasasti Mpu Sendok dikenal juga dengan nama Prasasti Cunggrang. Berada di pendapa mungil di Dusun Sukci, Desa Bulusari, Kecamatan Gempol, Pasuruan. Terbuat dari batu andesit yang memiliki ketebalan 10 cm dibuat dari batu andesit yang memiliki ketebalan 10 cm.
Di perkirakan dibuat pada tahun 929 dengan menggunakan bahasa Sanskerta dan termasuk salah satu prasasti tertua yang pernah ditemukan. Dalam Prasasti Mpu Sendok ini menjelaskan mengenai silsilah Mpu Sendok sebagai raja pertama dari kerajaan Medang kamulan.
Setelah Mpu Sendok menjadi raja ia mendapat gelar Sri Maharaja Rake Hino Dyah Sindok Sri Isanawikrama Dharmottungadewawijaya. Mpu Sendok memerintah kerajaan medang dari tahun 929 sampai 947.
Paat itu pusat kerajaan Medang kamulan berada di Watugaluh, di tepi Sungai Brantas yang sudah masuk ke dalam kabupaten Jombang.
Ia merupakan raja pertama kerajaan medang yang memindahkan pusat kerajaan Medang dari Bhumi Mataram ke daerah Jawa Timur. Di perkirakan Ada 2 alasan kenapa Mpu Sendok memindahkan kerajaan medang kamulan ke jawa timur.
Alasan Pertama karena adanya letusan gunung merapi. Letusan gunung ini menjadi yang menjadi alasan terkuat pemindahan ibu kota kerajaan. Dan Sedangkan untuk alasan kedua karena adanya invasi yang dilakukan oleh kerajaan Sriwijaya.
Baca juga :
Peninggalan selanjutnya Prasasti Tengaran, berlokasi di Desa Tengaran, Kecamatan Peterongan, Jombang. Nama lain Prasasti Tengaran ialah prasasti Geweg. Prasasti ini dibuat dari batu andesit dan memiliki tinggi sekitar 124 cm dan lebar 78 cm.
Dalam Prasasti ditulis dengan menggunakan bahasa jawa kuno. Pada Prasasti tengeran tersusun atas 7 baris yang di mana pada baris A dan 16 baris pada susi B. Di sekitar prasasti tengeran juga terdapat beberapa batu kuno yang memiliki ukuran kuno.
Isi Prasasti ini menceritakan tentang Desa Geweg. Desa yang dulunya termasuk desa kuno dan sekarang masuk ke dalam wilayah Tengaran.
Selanjutnya Prasasti Lor, Berlokasi di bekas reruntuhan candi Lor yaitu di Desa Candirejo, Loceret, Nganjuk. Nama lain dari Prasasti ini ialah prasasti Anjuk Ladang.
Nama Prasasti anjuk ladang mengacu pada nama tempat yang disebut dalam isi prasasti. Dari Nama anjuk ladang kemudian dihubungkan dengan asal mula nama daerah Nganjuk.
Prasasti lor di perkirakan di bangun tahun 859 saka dan dikeluarkan oleh Raja Sri Isyana atau Mpu Sindok saat kerajaan Medang pindah ke bagian timur Pulau Jawa. Pada beberapa bagian dari prasasti telah mengalami pemudaran sehingga tidak lagi dapat dibaca secara keseluruhan.
Dan Menurut J.G de Casparias, penduduk desa Anjukladang mendapatkan anugerah pemberian dari raja karena telah membantu pasukan untuk menghalau serangan tentara Malayu ke daerah Mataram saat itu.
Pada Saat itu, pasukan di bawah pimpinan Mpu Sindok melawan tentara kerajaan Malayu yang bergerak ke daerah Nganjuk. Karena itu, Mpu Sindok diangkat menjadi seorang raja. Selain itu, pada bagian prasasti ini juga mengisahkan tentang bangunan suci di daerah tersebut.
Selanjutnya Prasasti Gemekan/Bangil, Ditemukan di Situs Gemekan, Mojokerto. Isi dari prasasti ini menjelaskan mengenai pembelian tanah yang dilakukan menggunakan emas oleh raja MPU Sindok untuk membangun sebuah tempat suci.
Prasasti ini terbuat dari batuan andesit yang saat itu ditemukan oleh tim ekskavasi BPCB Jatim dan ditemukan pada ke dalaman 130 cm dari permukaan tanah.
Pada Saat ditemukan, bentuk Prasasti ini sudah tidak lagi berdiri dan tak utuh. Prasasti ini ditulis menggunakan aksara Jawa kuno dan menghadap ke sebelah timur laut. Di bagian bawah dan sisi kanan atas prasasti sudah mengalami pecahan.
Pada bagian depan prasasti, memiliki bentuk segi lima yang melebar ke atas dan Puncak prasasti meruncing membentuk sebuah prisma. Sedangkan bagian dasar, diduga digunakan sebagai alas prasasti. Prasasti ini hanya tersisa sekitar 91 cm, dengan lebar 88 cm dan tebal 21 cm.
Selanjutnya Prasasti kalkuta, Nama asli dari prasasti ini ialah prasasti Pucangan. Isi dari Prasasti ini menjelaskan mengenai peristiwa penyerangan yang terjadi pada masa pemerintahan Sri Maharaja Isana Dharmawangsa Teguh Anantaeikramottunggadewa.
Dalam peristiwa ini telah menewaskan Dharmawangsa berserta keluarganya. Selain itu isi dalam prasasti ini juga dijelaskan para raja serta silsilah kerajaan Medang kamulan. Prasasti ini juga ditulis menggunakan bahasa Jawa Kuno dan bahasa Sanskerta.
peninggalan selanjutnya Prasasti Ratu Boko, Nama prasasti Ratu Boko ialah prasasti Abhayagiriwihara. Prasasti ini di perkirakan dibuat pada tahun 792.
Isi Dari prasasti menjelaskan pembangunan keraton ratu Boko yang dibangun oleh Rakai Panangkaran. Penulisan dalam prasasti ini menggunakan aksara pranagari atau huruf India Utara.
Prasasti Kedu, Prasasti ini ditemukan di Matesah, Magelang Utara, Jawa Tengah. Ada Banyak penyebutan mengenai prasasti ini yakni prasasti tembaga kedu, prasasti balitung dan prasasti mantyasih.
Di perkirakan Prasasti ini diukir pada tahun 907. Dalam Prasasti ini menjelaskan mengenai silsilah kerajaan Mataram kuno sebelum raja Balitung.
Baca juga :
Selanjutnya situs medang, Situs ini ditemukan di sebuah sawah Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Bentuk Situs ini berupa sebuah lesung kuno dengan memiliki lebar 150 cm, panjang 170 cm dan tinggi 100 cm.
Pada awal penemuannya Semula pemilik sawah dan anaknya ingin mencari emas atau benda peninggalan kerajaan Medang. Karena pada lokasi tersebut biasanya warga menemukan sisa peninggalan kerajaan Medang di sekitar Desa Banjarejo, Kecamatan Gabus.
Peninggalan Kerajaan Selanjutnya ialah Candi Sewu. Candi sewu ini terletak di daerah desa Bugisan, Klaten, Jawa Tengah. Dan perikirakan dibangun pada abad ke 8 dan merupakan salah satu candi Buddha.
Terletaknya tidak jauh dari Candi Prambanan dan menjadi kompleks candi Buddha terbesar kedua setelah Candi Borobudur. Umur Candi Sewu ini lebih tua dibandingkan dengan Candi Borobudur dan Candi Prambanan.
Dinamai Candi Sewu karena jumlah candi sangat banyak. DI perkirakan terhitung kurang lebih sekitar 249 candi yang dibangun di sini. Tapi warga setempat memberikan nama candi sewu yang artinya seribu.
Peninggalan Selanjutnya Candi Mendut merupakan bagian dari peninggalan sejarah Kerajaan Medang yang termasuk candi Budha.
Lokasi atau Letak dari Candi Mendut ini tidak jauh dari candi Borobudur, bahkan diperkirakan bahwa candi ini dibangun sebelum candi Borobudur.
Selanjutnya ialah Candi Pawon . Lokasi dari Candi Pawon ini satu garis lurus ke arah timur dari Candi Borobudur dan juga Candi Mendut.
Candi ini ditemukan sekitar akhir abad ke 19 dengan keadaan yang rusak serta tertutupi oleh semak-semak belukar, namun pada tahun 1904 Candi ini mulai diperbaiki.
Candi Pawon termasuk salah satu candi Budha yang disetiap dindingnya terdapat relief sangat unik, mulai dari para dewa hindu dan makhluk setengah manusia setengah hewan.
Peninggalan selanjutnya sudah sangat terkenal, yaitu Candi Borobudur.
Berlokasi Candi ini terletak di Kecamatan Magelang Tidak hanya sebagai tempat wisata, candi ini juga menjadi tempat beribadat umat Budha. Candi ini menjadi salah satu keajaiban dunia.
Bentuk dari Candi Borobudur terdiri dari enam teras berbentuk bujur sangkar yang di atasnya terdapat tiga pelataran melingkar. Monumen ini sebuah model dari alam semesta yang dibangun sebagai tempat suci untuk memuliakan Buddha.
Peninggalan berikutnya yang termasuk candi bercorak hindu yang beraliran syiwa ialah Candi Dieng. Komplek Candi dieng merupakan candi tertua pertama di daerah Jawa Tengah.
Lokasi komplek Candi Dieng terletak di daerah kawasan pengunungan Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah. terletak di berbatasan kabupaten Banjarnegara.
Diperkirakan komplek candi ini dibangun abad ke 8 sampai ke 9.sejarawan menilai bahwa di kawasan ini mulanya terdapat 400 candi, namun sampai sekarang hanya tersisa candi.
Semoga artikel ini bisa menambah pengetahuan dan wawasan kamu.