Mengenal TEORI KEPRIBADIAN ERIK H. ERIKSON

TEORI KEPRIBADIAN merupakan Teori yang di rancang oleh Erik H. Erikson salah satu tokoh psikoanalis. Erikson lebih menekankan pengaruh sosial dalam kepribadian.

Menurut Erikson, perkembangan manusia meliputi delapan tahap melintasi rentang kehidupan. Setiap tahap melibatkan orisinalitas, Erikson menyebutnya sebagai ‘krisis’ dalam kepribadian.

Teori keperibadian Erikson mejadi penting karena menekankan pengaruh sosial dan budaya dari perkembangan manusia secara menyeluruh, karena itu Dalam artikel ini saya akan membahas Mengenal TEORI KEPRIBADIAN ERIK H. ERIKSON, mari kita bahas

Struktur Kepribadian Teori Kepribadian Erik H. Erikson

Dalam teori Erikson (Alwisol, 2009:85-88) menyatakan bahwa struktur kepribadian manusia dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

Foto by pexels

1 Ego Kreatif

Ego kreatif merupakan ego yang dapat menemukan pemecahan kreativitas atas masalah baru pada setiap tahap kehidupan. Apabila menemukan hambatan atau konflik, ego tidak menyerah tetapi bereaksi dengan menggunakan kombinasi antara kesiapan batin dan kesempatan yang disediakan lingkungan.

Ego kreatif yang sempurna memiliki 3 dimensi, yaitu faktualisasi, universalitas dan aktualitas.

  1. Faktualisasi : kumpulan sumber data dan fakta serta metode yang dapat dicocokkan atau diverifikasi dengan metode yang sedang digunakan pada suatu peristiwa. Dalam hal ini, ego berisikan kumpulan hasil interaksi individu dengan lingkungannya yang dikemas dalam bentuk data dan fakta.
  2. Universalitas : dimensi yang mirip dengan prinsip realita yang dikemukakan oleh Freud. Dimensi ini berkaitan dengan sens of reality yang menggabungkan pandangan semesta/alam dengan sesuatu yang dianggap konkrit dan praktis.
  3. Aktualitas : metode baru yang digunakan oleh individu untuk berhubungan dengan orang lain demi mencapai tujuan bersama. Dalam hal ini, ego merupakan realitas masa kini yang berusaha mengembangankan cara baru untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapi, menjadi lebih efektif, progresif, dan prospektif.

Erikson berpendapat sebagian ego yang ada pada individu bersifat tak sadar, mengorganisir pengalaman yang terjadi pada masa lalu dan pengalaman yang akan terjadi pada masa mendatang.

Dan Erikson menemukan tiga aspek yang saling berhubungan, yaitu body ego, ego ideal dan ego identity, yang umumnya akan mengalami perkembangan pesat pada masa dewasa meskipun ketiga aspek tersebut terjadi pada setiap fase kehidupan.

  1. Body ego : suatu pengalam individu terkait dengan tubuh atau fisiknya sendiri. Individu cenderung akan melihat fisiknya berbeda dengan fisik tubuh orang lain.
  2. Ego ideal : suatu gambaran terkait dengan konsep diri yang sempurna. Individu cenderung akan berimajinasi untuk memiliki konsep ego yang lebih ideal dibanding dengan orang lain.
  3. Ego identity : gambaran yang dimiliki individu terkait dengan diri yang melakukan peran sosial pada lingkungan tertentu.

Baca Juga :

2 Ego Otonomi Fungsional

Ego otonomi fungsional yaitu ego yang berfokus pada penyesuaian ego terhadap realita. Sebagai Contohnya yaitu hubungan ibu dan anak.

Meskipun Erikson sependapat dengan Freud mengenai hubungan ibu dan anak mampu memengaruhi serta menjadi hal terpenting dari perkembangan kepribadian anak, tapi Erikson tidak membatasi teori teori hubungan id-ego dalam bentuk usaha memuaskan kebutuhan id oleh ego.

Erikson menganggap bahwa proses pemberian makanan pada bayi merupakan model interaksi sosial antara bayi dengan lingkungan sosialnya.

Lapar merupakan menifestasi biologis, dan konsekuensinya akan menimbulkan kesan terhadap dunia luar bayi ketika mendapat pemuasan id yang dilakukan oleh ibu. Bayi belajar untuk mengantisipasi interaksi dalam bentuk basic trust padasaat diberi makan oleh ibunya.

Basic trust yang dimaksud yaitu suatu kepercayaan dasar anak yang memandang kontak dengan manusia dan dunia luar merupakan hal yang sangat menyenangkan karena pada masa lalu (bayi) hubungan tersebut menimbulkan rasa aman dan menyenangkan terhadap dirinya.

3 Pengaruh Masyarakat Dalam Perkembangan Kepribadian Teori Kepribadian Erik H. Erikson

Pengaruh dari masyarakat merupakan pembentuk bagian tersebesar ego, mesikipun kapasitas yang dibawa sejak lahir oleh individu juga penting dalam perkembangan kepribadian. Erikson mengemukakan faktor yang memengaruhi kepribadian yang berbeda dengan Freud.

Meskipun Freud menyatakan bahwa kepribadian dipengaruhi oleh biologikal, Erikson memandang kepribadian dipengaruhi oleh faktor sosial dan historikal. Erikson berpendapat bahwa potensi yang dimiliki individu ialah ego yang muncul bersama kelahiran dan harus ditegakkan dalam lingkungan budaya.

Seorang Anak yang diasuh dalam budaya masyakarat berbeda, cenderung akan membentuk kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai dan budayanya sendiri.

Dinamika Kepribadian Teori Erik H. Erikson

Feist dan Feist menyatakan bahwa perwujudan dinamika kepribadian merupakan hasil interaksi antara kebutuhan biologis yang mendasar dan pengungkapannya melalui tindakan – tindakan sosial.

Foto by pexels

Itu berarti perkembangan kehidupan individu dari bayi hingga dewasa umumnya dipengaruhi oleh hasil interaksi sosial dengan individu lainnya sehingga membuat individu menjadi matang baik secara fisik maupun secara psikologis.

Erikson (Alwisol, 2009:87) menyatakan ego merupakan sumber kesadaran diri indvidu. Ego mengembangkan perasaan yang berkelanjutan diri antara masa lalu dengan masa yang akan datang selama proses penyesuaian diri dengan realita.

Friedman dan Schustack (2006, 156) mengemukakan ego berkembang mengikuti tahap epigenik, yang artinya tiap bagian dari ego berkembang pada tahap perkembangan tertentu dalam rentang waktu tertentu.

Menurutnya, semua yang berkembang mempunyai rencana dasar, dari perencanaan ini muncul bagian-bagian, masing-masing bagian mempunya waktu khusus untuk menjadi pusat perkembangan, sampai semua bagian muncul untuk membentuk keseluruhan fungsi.

8 Tahap Perkembangan Teori Kepribadian Erik H. Erikson

Teori perkembangan psikososial dari Erik Erikson meliputi delapan tahap yang saling berurutan sepanjang hidup. Hasil dari tiap tahap bergantung pada hasil tahapan sebelumnya, dan resolusi yang sukses dari tiap krisis ego dan pentingnya bagi individu untuk dapat tumbuh secara optimal.

Foto by unsplash

Berikut adalah delapan tahapan perkembangan psikososial menurut Erik Erikson :

Tahap I : Trust versus Mistrust (0-1 tahun)

Dalam tahap pertama ini, bayi berusaha keras untuk mendapatkan pengasuhan dan kehangatan, jika ibu berhasil memenuhi kebutuhan anaknya, sang anak akan mengembangkan kemampuan untuk dapat mempercayai dan mengembangkan asa.

Namun, Jika krisis ego ini tidak pernah terselesaikan, individu tersebut akan mengalami kesulitan dalam membentuk rasa percaya dengan orang lain sepanjang hidupnya, selalu meyakinkan dirinya bahwa orang lain berusaha mengambil keuntungan dari dirinya.

Tahap II: Autonomy versus Shame and Doubt (l-3 tahun)

Dalam tahap II ini, anak akan belajar bahwa dirinya memiliki kontrol atas tubuhnya. Orang tua seharusnya menuntun anaknya, mengajarkannya untuk mengontrol keinginan atau impuls-impulsnya, namun tidak dengan perlakuan yang kasar.

Mereka melatih kehendaknya, tepatnya otonomi. Harapan idealnya, anak bisa belajar menyesuaikan diri dengan aturan-aturan sosial tanpa banyak kehilangan pemahaman awal mereka mengenai otonomi, dan inilah resolusi yang diharapkan.

Alwisol (2009:93) menjelaskan bahwa apabila anak tidak berhasil melewati fase ini, maka anak tidak akan memiliki inisiatif yang dibutuhkan pada tahap berikutnya dan akan mengalami hambatan terus – menerus pada tahap selanjutnya.

Tahap III: Initiative versus Guilt (3-6 Tahun)

Pada periode inilah seorang anak belajar bagaimana merencanakan dan melaksanakan tindakannya. Jika Resolusi ini tidak berhasil dari tahapan ini akan membuat sang anak takut mengambil inisiatif atau membuat keputusan karena takut berbuat salah.

Seorang Anak akan memiliki rasa percaya diri yang rendah dan tidak mau mengembangkan harapan-harapan ketika ia dewasa. Bila anak berhasil melewati masa ini dengan baik, maka keterampilan ego yang diperoleh akan memiliki tujuan dalam hidupnya.

Tahap IV: Industry versus Inferiority (6-12 tahun)

Pada saat ini, anak akan belajar untuk memperoleh kesenangan dan kepuasan dari menyelesaikan tugas khususnya tugas-tugas akademik. Penyelesaian tugas yang sukses pada tahapan ini akan menciptakan anak yang dapat memecahkan masalah dan bangga akan prestasi yang diperoleh.

Keterampilan ego yang diperoleh adalah kompetensi. Di sisi lain, jika anak yang tidak mampu untuk menemukan solusi positif dan tidak mampu mencapai apa yang diraih teman-teman sebaya akan merasa inferior.

Tahap V: Identity versus Identity Confusion (12-20 Tahun)

Pada tahap V ini, terjadi perubahan baik pada fisik dan jiwa di masa biologis seperti orang dewasa sehingga tampak adanya kontraindikasi bahwa di lain pihak anak dianggap dewasa tetapi di sisi lain dianggap belum dewasa (Remaja).

Pada Tahap ini merupakan masa stansarisasi diri yaitu anak mencari identitas dalam bidang seksual, umur dan kegiatan. Peran orang tua sebagai sumber perlindungan dan nilai utama mulai menurun.

Adapun peran kelompok atau teman sebaya tinggi. Apabila anak tidak sukses pada fase ini, maka akan membuat anak mengalami krisis identitas, begitu punla sebaliknya.

Tahap VI: Intimacy versus Isolation (masa dewasa muda, 20-30 tahun)

Dalam tahap VI ini, orang dewasa muda mempelajari cara berinteraksi dengan orang lain secara lebih mendalam. Ketidak mampuan untuk membentuk ikatan sosial yang kuat akan menciptakan rasa kesepian.

Bila Seseorang individu telah berhasil mengatasi krisis ini, maka keterampilan ego yang diperoleh adalah cinta.

Tahap VII: Generativity versus Stagnation (masa dewasa menengah, 30-65 tahun)

Pada tahap VII ini, individu memberikan sesuatu kepada dunia sebagai balasan dari apa yang telah dunia berikan kepada dirinya, dan melakukan sesuatu yang dapat memastikan kelangsungan generasi penerus di masa depan.

Dengan Ketidak mampuan untuk memiliki pandangan generatif akan menciptakan perasaan bahwa hidup ini tidak berharga dan membosankan.

Bila seorang individu berhasil mengatasi krisis pada masa ini maka ketrampilan ego yang dimiliki adalah perhatian, sedangkan bila individu tidak sukses melewatinya maka akan merasa bahwa hidupnya tidak berarti.

Tahap VIII: Ego Integrity versus Despair (masa dewasa akhir, 65 tahun ke atas)

Pada tahap usia lanjut ini, mereka dapat mengingat kembali masa lalu dan melihat makna, ketentraman dan integritas. Refleksi ke masa lalu itu terasa menyenangkan dan pencarian saat ini yaitu untuk mengintegrasikan tujuan hidup yang telah dikejar selama bertahun-tahun.

Apabila seorang individu sukses melewati faase ini maka akan timbul perasaan puas akan diri, sedangkan apabila mengalami kegagalan dalam melewati tahapan ini akan menyebabkan munculnya rasa putus asa.

Kelebihan dan Kekurangan Teori Kepribadian Erik H. Erikson

Foto by unsplash

Kelebihan :

  • Erikson menekankan kesadaran individu untuk menyesuaikan diri dengan pengaruh sosial.
  • Erikson memandang ego sebagai struktur kepribadian yang otonom, serta berfokus pada kualitas ego yang muncul di setiap periode perkembangan.
  • Tahap perkembangan lebih kompleks karena mengembangkan teori insting Freud. Namun Erikson tidak memusatkan seks sebagai hal yang mendasari manusia.
  • Menekankan bahwa perubahan pada setiap tahap perkembangan sangat penting sehingga individu berusaha semampu mungkin untuk melewatinya.

Kekurangan :

  • Penelitian ilmiah yang dilakukan Erikson tidak lah begitu akurat. Observasi dan analisis penelitian hanya dilakukan secara subjektif seperti halnya tokoh psikoanalisis yang lain.

Semoga artikel ini bisa menambah pengetahuan dan wawasan kamu.

Share your love

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *