Toxic Positivity – Kenali Lebih Dalam Apa Saja Ciri dan Dampaknya

Kita sebagai manusia mempunyai pikiran positif dan negatif, ada kalanya berfikir positif itu baik akan tetapi kalau kita berlebihan berfikir positif sampai menekan emosi negatif keluar itu tidak sehat.

Jika kamumenjadi terlalu positif sehingga menekan habis-habisan emosi buruk yang keluar. Ini mampu menyebabkan stres berlebihan dan membuat orang tersebut tidak bisa rileks.

Mungkin kamu pernah mendengar istilah toxic relationship dan toxic friends. Lalu, bagaimana dengan toxic positivity? Bagaimana sebuah sifat terlalu positif dapat menjadi sebuah toxic yang justru berdampak sebaliknya?

Dalam Artikel kali ini saya akan membahas Toxic Positivity – Kenali Lebih Dalam Apa Saja Ciri dan Dampaknya.Berikut ulasannya untuk kamu.

Apa itu Toxic Positivity?

Apapun yang berhubungan dengan istilah toxic itu selalu bermakna negatif. Toxic sendiri merupakan istilah yang sering digunakan untuk menyebutkan sifat buruk yang menempel seperti racun dan membawa dampak tidak baik.

Foto By unsplas

Artinya. Toxic positivity merupakan perilaku yang mendorong seseorang untuk berusaha keras berbuat dan berfikir positif hingga menekan emosi negatif keluar.

Kenapa ini tidak bagus? Apapun yang berlebihan akan selalu berakibat buruk, begitu pula jika seseorang menjadi terlalu positif sehingga menekan habis-habisan emosi buruk. Ini menyebabkan stres berlebihan dan membuat orang tersebut tidak bisa rileks.

Sebagai makhluk hidup yang memiliki emosi, mengutarakan sebuah emosi negatif bukanlah hal buruk. Ada kalanya manusia perlu mengeluarkan rasa marah, sedih, khawatir, kecewa bahkan frustasi supaya batin tidak selalu tertekan.

Sedangkan Orang dengan toxic positivity cenderung selalu memperlihatkan sisi baik dan positif dirinya namun di dalam hatinya mati-matian menahan emosi untuk keluar. Jika secara tidak sengaja dia mengeluarkan emosi negatif maka dia akan merasa bersalah.

Baca Juga : Mengenal Cancel Culture, Budaya Memboikot tokoh yang tidak di suka

Ciri-ciri Seseorang dengan Toxic Positivity

Mungkin kamu Penasaran bagaimana caranya mengetahui seseorang mulai memiliki kecenderungan toxic positivity.

Foto by pexels-

Pada umumnya perilaku tersebut muncul dari ucapan orang, yang niatnya memotivasi, tetapi rupanya justru terdengar merendahkan atau berdampak buruk bagi orang lain. berikut ciri-cirinya.

1 Tidak Jujur Terhadap Perasaan Sendiri

Terkadang kita memang berniat baik, untuk memunculkan sisi positif dari dalam diri dihadapan banyak orang supaya orang lain terpengaruh menjadi positif juga. akan tetapi jika seseorang terlalu diri untuk terlihat positif juga bukanlah hal yang baik.

Seseorang toxic positivity cenderung sulit berdamai dengan diri sendiri. Dia akan sulit menerima saat emosi negatif tersebut keluar. Bahkan dia akan cenderung merasa bersalah jika emosi negatif muncul meskipun secara tidak sengaja.

2 Sulit Mengelola Emosi

Bersikap tidak terbuka dengan diri sendiri akan membuat orang tersebut sulit mengelola emosinya. Sehingga secara batin dan jiwanya menjadi tidak tenang. Sebab, emosi yang tidak terkontrol.

3 Menghindari Masalah

Untuk menekan perasaan negatif yang muncul orang yang memiliki kecenderungan toxic positivity akan memilih menghindari permasalahan dan bukannya mencari solusi.

Hal ini tidak tepat, Karena dalam hidup kita pasti akan menemui permasalahan yang serupa dan semakin sering menghindarinya hanya akan membuat kita menghadapi masalah yang jauh lebih besar.

4 Motivasi yang Cenderung Menghakimi

Apakah kamu pernah bercerita tentang sebuah masalah dengan teman, tetapi kamu justru merasa seperti dihakimi seolah akulah penyebab semua masalahmu sendiri. Jika memang begitu, mungkin temanmu tidak menyadari bahwa dia memiliki kecenderungan toxic positivity juga.

Dengan memberikan motivasi seharusnya dapat membantu seseorang menjadi bangkit lagi dari keterpurukan, atau nungkin menemukan solusi dari masalah. Bukan justru membuat orang lain merasa terbebani.

Contoh kalimat yang sering diucapkan, seperti:

  • “Kamu pasti bisa kalau mencoba sekali lagi, tapi sayangnya kamu yang terlalu cepat menyerah sih..”
  • “Tidak perlu sedih kalau ditolak, lagi pula wajar sih karena yang lainnya memang lebih baik dari kamu kok.”
  • “Udah tidak usah dipikirkan kata orang, lagian kamu juga kenapa masih belum lulus. Memangnya sesulit apa sih?”

5 Membandingkan Diri dengan yang Lain

Terkadang Kita tanpa sadar menggunakan perbandingan supaya dirinya atau lawan bicaranya tampak lebih baik sedikit dari yang lain. akan tetapi, kondisi ini tampaknya tidak tepat jika diterapkan sebagai kata-kata untuk memotivasi seseorang.

oleh karena itu, akan membuat orang yang meminta pendapat menjadi tampak menyedihkan karena terlalu mudah menyerah dan tidak sepositif dia.

Beberapa contoh ucapan yang cenderung membandingkan.

  • “Tau nggak, kamu itu pasti bisa tapi sayang sekali kamu orangnya gampang menyerah, tidak sabar sih…”
  • “Ah masalah segitu mah biasa, kalau aku pernah mengalami yang lebih parah tapi aku tidak pernah stres seperti kamu.”

Dengan Melihat ciri-ciri diatas, kamu mungkin pernah mengalami situasi serupa baik secara langsung maupun tidak langsung.

Dampak yang Terjadi pada Seseorang dengan Toxic Positivity

Tanpa kita sadari hal sederhana yang biasanya kita ucapkan serta ekspektasi berlebihan dapat memicu dampak buruk bagi kesehatan mental dan jiwa.

Foto by pexels

1 Memicu Stres

Dampak Toxic positivity dapat membuat seseorang cenderung memikirkan banyak hal demi bisa menekan emosi negatif yang ada. Dia menjadi overthinking karena berbagai hal yang ada di kepalanya. ini dapat memicu stres yang berlebihan pada orang tersebut.

Stres yang berlebihan akan berakibat paling buruk pada kesehatan mental. Beberapa kasus bahkan mengalami perubahan fisik seperti berat badan menurun hingga sakit jika mengalami stres berlebihan.

2 Anxiety

Selanjutnya orang yang toxic positivity cenderung lebih gelisah dan was-was. karena Di dalam pikirannya akan selalu muncul ketakutan kalau saja dia tidak menampilkan yang terbaik, dan dia melakukan kesalahan hingga mengeluarkan emosinya.

Hal seperti itu pada umumnya tidak akan berani dia ceritakan karena akan merusak image yang sudah mati-matian dibangunnya. Dia mungkin akan sangat tidak tenang sehingga membuat perasaan gelisah.

3 Mengalami Gangguan Kesehatan Mental

Jika seseorang selalu gelisah setiap saat tentu akan sangat mudah untuk mengalami stres hingga merusak kesehatan mentalnya. Sebab hal tersebut merupakan racun yang bersarang di dalam pikiran dan hati yang akan sangat merugikan diri sendiri serta orang lain.

4 Merasa Paling Benar

Selanjutnya orang yang cenderungan toxic positivity mereka ingin dianggap menjadi sosok paling positif dalam lingkungannya. Hal ini akan membuat orang tersebut menutup mata terhadap kenyataan yang sebenarnya. Dia akan selalu mencari pembenaran bahwa apa yang dia lakukan.

Sehingga tidak jarang timbul perasaan didalam hatinya yang menganggap masalah orang lain sepele. Menganggap bahwa orang lain lebih lemah dan tidak mampu dibandingkan dirinya.

5 Sulit untuk Bersosialisasi

Terkadang orang dengan toxic positivity tidak bisa jujur dengan diri sendiri bahkan orang lain. Padahal ada kalanya sebuah masalah lebih baik diceritakan dengan seseorang supaya mendapatkan solusi.
Jika hal ini terus menerus terjadi dapat membuat orang lain menjadi sulit bersosialisasi dengan dirinya.

Sehingga tidak jarang orang dengan kecenderungan toxic positivity jarang bergaul. Atau sekalipun dia bergaul kemungkinan besar emosi yang dikeluarkan merupakan kebahagiaan palsu yang hanya semakin menekan diri sendiri.

Baca Juga : Investasi Leher ke Atas dan Manfaatnya Bagi Diri

Bagaimana Cara Menghindari Perilaku Toxic Positivity?

Terkadang kita tidak menyadari bahwa apa yang di ucapkan dapat menyakiti orang lain, bahkan tidak sadar bahwa hal tersebut termasuk bagian dari toxic. Akan tetapi itu bukan berarti sifat toxic tidak dapat dihindari.

Foto by pexels

Berikut ini beberapa tips supaya kita senantiasa terbebas dari sifat toxic.

1 Cobalah Mengelola Emosi

Mulai sekarnang Cobalah mengelola emosi supaya tidak tertahan di dalam hati dan menjadi penyakit. Mengeluarkan emosi baik itu rasa marah, khawatir, antusias, sedih yang selama ini tertahan dapat membuat pikiran menjadi lebih rileks.

Sebagai manusia, kita perlu tahu kapan waktu yang tepat untuk mengungkapkan emosi positif dan negatif supaya ketenangan jiwa menjadi seimbang.

2 Pahami Orang Lain

Ketika sedang berbincang atau mendengar curahan hati, kamu perlu memahami orang lain atau setidaknya mendengarkan mereka. Jika dirasa tidak mampu memberikan solusi kamu setidaknya jangan mengeluarkan kata-kata yang bersifat menghakimi.

Terkadang Satu kata yang menurut kita bukan hal besar terkadang berlaku sebaliknya terhadap orang lain.

3 Jangan Suka Membandingkan

Membanding-bandingkan sesuatu selalu akan menimbulkan dampak yang tidak baik. mulailah Berhentilah membanding-bandingkan diri sendiri maupun orang lain. karena, kita tidak benar-benar tahu kondisi orang yang dibandingkan tersebut.

Kebiasaan membandingkan bukannya membuat orang termotivasi justru lebih banyak menimbulkan rasa marah, benci dan menambah stres.

4 Berdamai dengan Diri Sendiri

Sebelum mulai memahami orang lain, coba pahamilah diri sendiri. karena, jika bukan dari diri sendiri yang mau memberi waktu dan berusaha memahaminya maka orang lain pun tidak akan bisa.

istilahnya berdamai dengan diri sendiri, namun hal ini merupakan proses penting yang perlu kamu sadari. Mencoba menghargai dan mencintai diri sendiri mulai dari hal yang paling sederhana yaitu mendengarkan isi hati.

Kalu perlu meluapkan kesedihan, luapkan saja. Dengan begitu hati menjadi lebih tenang serta akan membantu kita menerima kenyataan yang sebenarnya. Sangat wajar jika kita terkadang sedih, memaafkan diri ketika melakukan kesalahan dan jangan pernah selalu menyalahkan diri sendiri.

Dengan berdamai pada diri sendiri, hati akan jauh lebih ringan, kamu akan mudah berdamai juga dengan orang lain dan terhindar dari sifat toxic positivity.

Kurangi Bermain Media Sosial

Dengan melihat media sosial, kita dapat mengetahui apa saja yang terjadi atau yang dibagikan orang lain. Tentu banyak pengguna media sosial yang membagikan momen menarik, hal baru, cerita inspiratif atau apapun untuk menunjukan bahwa kehidupan mereka baik-baik saja.

Kehidupan yang mereka jalani tampak lurus tanpa hambatan, indah dan bahagia selalu seperti kisah dongeng. Tanpa kita sadari terlalu banyak melihatnya membuat sebagian orang menjadi insecure terhadap kehidupannya sendiri.

Kemudian banyak pertanyaan yang muncul ‘mengapa hidupku biasa saja’ pun akan sering muncul. Terlebih lagi kamu juga akan sering membandingkan dirimu dengan mereka yang berada di media sosial.

Hal ini akan menyebabkan sesuatu yang tidak baik bagi kesehatan mental. Serta akan memicu sifat toxic tersebut muncul. karena itu, penting untuk kita mengetahui kapan saat yang tepat untuk bermain media sosial dan kapan saatnya berhenti.

Dengan Berhenti dari dunia maya bisa memberikan mata serta pikiran kita rehat sejenak. Memberikan waktu untuk diri sendiri serta orang yang berada dalam lingkungan kita. Mengurangi sosial media juga akan memberikan indra kita lebih peka terhadap hal-hal sekitar yang secara alami mampu menstimulasi kembali indra dan pikiran.

Dengan mengenal tentang toxic positivity, kamu mungkin sudah tahu dan paham bagaimana cara menghindarinya atau setidaknya tahu cara untuk menyikapinya jika suatu saat menemukan masalah serupa di lingkunganmu.

Semoga artikel ini bisa menambah wawasan dan pengetahuan kamu.

IDCloudHost | SSD Cloud Hosting Indonesia
Share your love

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *