Mengenal Survivorship Bias – kenapa kita fokus pada keberhasilan tapi tidak dengan kegagalan

Survivorship Bias – Apakah kamu pernah pendengar sesorang tokoh terkenal, selebriti atau influnzer sosial media yang bila mereka di labeli orang kaya, orang yang sukses dan berhasil, sehingga otomatis kisah hidup mereka menjadi motivasi banyak orang.

Sebetulnya gak ada salahnya menjadikan mereka motivasi dalam menemukan arti sukses, Asalkan cara pandang kita tentang sebuah proses menuju sukses itu tetap benar. Ada yang beranggapan bahwa hidup enak dan kaya raya itu berarti harus jadi pengusaha.

Pengusaha bisa kerja semaunya hingga punya penghasilan 10 kali lipat dari pekerja kantoran. Bahkan, ada yang beranggapan “Kenapa harus kuliah, kalo lulusan SMA juga bisa sukses?”. banyak juga di indonesia bilang, “kalau kamu beli buku ini kamu akan kaya”, “kalau kamu ikut ecorse ini kamu akan kaya mendadak”.

Kamu yang mempunyai Pola pikir semacam itu bisa jadi menunjukkan bahwa orang tersebut memiliki tendensi survivorship bias. Cara pandang ini yang dapat membuat mereka tidak mampu melihat realitas secara keseluruhan.

kalau kita lihat lebih detil lagi, banyak sekali artis tapi yang terkenal hanya sedikit, banyak pengusaha sukses padahal yang gagal bisnisnya lebih banyak dari pada berhasil, musisi yang terkenal hanya sedikit yang gagal jadi musisi banayak sekali. dari buku sampai ecorse juga yang sukses terhitung jadi dan yang gagal banyak sekali.

Karena itu di dalam artikel kali ini saya akan membahas Survivorship Bias, bias kognitif yang melihat orang sukses padahal kegagalan lebih banyak dari yang sukses. mari kita bahas.

Apa itu Survivorship Bias?

Survivorship bias atau bias bertahan hidup merupakan pemikiran yang cenderung hanya fokus pada keberhasilan dan mengesampingkan kegagalan.

thedecisionlab.com

Sebagai contoh, jika seseorang melihat pengusaha sebagai sebuah profesi yang menjanjikan. Akibatnya, mereka lebih fokus pada para pengusaha yang sukses sebagai gambaran keseluruhan kelompok. Di sisi lain, banyak orang yang gagal atau bangkrut menjadi seakan tidak terlihat.

Pemikiran ini termasuk dalam logical fallacy atau kesalahan logika berpikir. Model berpikir seperti “Kalau mereka bisa, aku juga pasti bisa” ini punya dampak yang negatif. Menurut Psikolog dari Inggris, Eva M. Krockow, cara berpikir tersebut membuat seseorang sulit melihat tingkat keberhasilan secara keseluruhan.

Melansir The Decision Lab, survival bias ini paling banyak terjadi dalam dunia bisnis. Motivasi berlebihan tentang kesuksesan komersial juga berpotensi mendistorsi persepsi seseorang. Mereka mungkin berharap bisa menjadi orang sukses seperti Bill Gates. Tetapi mereka justru mengabaikan tentang kegagalan – kegagalan yang paling banyak terjadi.

Padahal, faktor kesuksesan Bill Gates ini bisa sangat kompleks yang nggak hanya terdiri dari ide-ide cemerlang, tetapi keberanian untuk menjadi berbeda dari lainnya.

Baca Juga :

Contoh Kasus Survivorship Bias

1 Review buku

Mungkin Beberapa dari kita akan membaca referensi atau ulasan buku sebelum membeli buku tersebut. Menurut Nassim Nicholas Taleb, penulis buku Fooled By Randomness, mengatakan bahwa membeli buku berdasarkan review orang lain menjadi salah satu bentuk survivorship bias. Sang Pembeli terpengaruh dengan review sisi terbaik sebuah buku.

2 Media informasi

Rasa-rasanya di media masa hampir tidak mungkin ada media informasi yang mewawancarai salah seorang pengusaha yang bangkrut. Atau aktor yang tidak berhasil lolos casting film. Banyaknya kegagalan seperti itu sering kali tidak menarik untuk dilihat atau di liput berita.

Dalam semua pemberitaan media, lebih menarik untuk meliput para tokoh yang sukses dengan bisnisnya atau aktor yang berhasil Go International dan orang sukses lainnya. Sering kali kisah-kisah kesuksesan ini dibarengi oleh cerita tentang pengorbanan dan usaha keras mencapai itu.

Meski sangat menarik, Taleb menekankan potensi adanya kesalahpahaman pada perspektif penonton terhadap kesuksesan. Lantaran, jenis – jenis cerita hidup ini dapat membuat penonton merasa wajib mengikuti jejak yang persis sama agar bisa merasa sukses.

3 Pesawat Perang Dunia II

medium.com

Ada Salah satu cerita populer yang berhubungan dengan survivorship bias yaitu kisah tentang ahli statistik bernama Abraham Wald. Ketika Perang Dunia II berlangsung, Abraham Wald diminta untuk melakukan analisis tentang kekuatan pesawat untuk meminimalisir kerugian. Dari sekian pesawat yang melakukan misi penerbangan, hanya ada 1 pesawat yang berhasil kembali ke pangkalan.

Disaat melihat kondisi pesawat ini, Abraham Wald menemukan bahwa area kokpit dan mesin yang paling sedikit menerima dampak kerusakan. Sementara itu, area pesawat lainnya yang terkena serangan berat masih memungkinkan pesawat untuk terbang kembali ke pangkalan dengan selamat. karena itu, Wald memberikan kesimpulan, yakni area yang hanya menerima sedikit serangan justru merupakan bagian pesawat yang paling rentan.

Setelah menelusuri penelitiannya, Wald mengatur ulang strategi untuk memusatkan perlindungan pada area kokpit dan mesin pesawat yang selamat. Meski mendapatkan serangan, dua sumber kekuatan utama pesawat akan tetap aman dan berjalan dengan baik. Cukup dengan memerhatikan seluruh aspek yang rusak maupun tidak rusak, penemuan Wald berhasil memenangkan perang tersebut.

Baca Juga :

Cara Mengatasi Survivorship Bias

1 Pahami kelemahan dan kekurangan diri

hal yang pertama-tama harus dilakukan yaitu mengenali diri sendiri. Kita mungkin punya impian menjadi seperti tokoh A atau tokoh B, tapi yang sebenarnya perlu diperhatikan adalah potensi dan kekurangan kita. Dengan Memahami kekurangan itu penting agar kita bisa memperbaiki dan melakukan segala cara antisipasi.

Dengan memahami diri sendiri, tentunya kita jadi mudah menentukan tujuan dan menentukan langkah-langkah selanjutnya yang akan dilakukan. Jadi, meskipun ada yang mengatakan “Gak perlu nilai bagus, yang nilai jelek juga banyak yang sukses”, atau “Gausah sekolah tinggi-tinggi belumm tentu sukses juga” kita tidak akan terpengaruh. Karena, kita tahu goals apa yang kita inginkan dan bagaimana kita bisa mencapainya.

2 Pertimbangkan data secara menyeluruh

Selanjutnya, kamu pertimbangkan data yang tepat supaya kita bisa mengambil keputusan yang sempurna. Ketika kita terbiasa melihat segala sesuatu dengan sudut pandang luas, maka ini akan menghindarkan kita dari kegagalan.

Dengan begini, kita juga bisa mempertimbangakan segala kondisi yang mungkin terjadi. kita bisa punya amunisi lebih dalam mempersiapkan perjalanan menuju kesuksesan.

3 Perluas Lingkungan Pergaulan

Kamu harus Punya lingkungan pergaulan yang luas memberikan banyak hal positif. Dengan mengenal dan membangun komunikasi dengan banyak orang, cara ini bisa membantu kamu memperluas pengetahuan tanpa membaca buku. Punya teman-teman yang satu frekuensi pasti seru. Bisa saling bertukar pikiran dan memberi masukan.

Semoga artikel ini bisa menambah pengetahuan dan wawasan kamu.

Share your love

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *