Physical Address
admin@arphamandiri.com
Peninggalan Kesultanan Banjar – Kerajaan Banjar merupakan kesultanan yang berdiri selama 379 tahun di provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Wilayah Kesultanan Banjar terbentang dari Tanjung Sambar sampai Tanjung Aru.
Namun pada tahun 1859 terjadi perarang perang besae dengan kolonial hindia belanda yang sering di sebut sebagai perang banjar. Tapi perang tersebut tersebut berakhir dengan kakalahan kesultanan banjar , di tahun yang sama dengan berakhirnya keultanan banjar 1905.
Sejak dibangkitkan kembali dengan dilantiknya Sultan Khairul Saleh pada tahun 2010 silam. Kerajaan ini mulai menarik perhatian masyarakat tanah air. Nah, jika kamu ingin tahu beberapa peninggalan bersejarah dari Kerajaan Banjar di masa lalu.
Dala artikel kali ini saya akan membahas 10 Peninggalan Kesultanan Banjar yang bersejarah. Peninggalan tersebut masih terawat hingga saat ini, mari kita simak
Peninggalan Kesultanan Banjar yang pertama ialah Candi Agung, diperkirakan candi berusia 740 tahun. Candi Agung merupakan sebuah situs candi Hindu-Budha yang terdapat di wilayah Sungai Malang, Kecamatan Amuntai Tengah, Kota Amuntai, Kalimantan Selatan.
Bangunan candi kuno ini didirikan oleh Empu Jatmika sekitar abad ke-16 oleh Kerajaan Negara Dipa yang bercorak Hindu-budda. Dari Kerajaan ini lah menjadi cikal bakal berdirinya Kerajaan Banjar.
Candi Agung Amuntai ditemukan sekitar tahun 1967 di Bukit Candi ketika arkeolog sedang melakukan penggalian situs purbakala. Dan Candi Agung Amuntai ini memiliki dimensi sekitar 40 meter x 50 meter.
Dulunya, candi ini dibangun dengan menggunakan batu dan kayu. Struktur batunya memiliki kemiripan dengan Candi yang berada di Jawa Tengah. Candi tersebut ditemukan dengan beberapa benda lainnya yang diduga sudah berusia sekitar 200 tahun.
Baca Juga :
Peninggalan kerajaan Banjar lainnya yang masih ada adalah Masjid Sultan Suriansyah atau dikenal dengan nama Masjid Kuin yang terletak di Jalan Kuin Utara, Kelurahan Kuin Utara, Kota Banjarmasin.
Dahulu, wilayah tersebut menjadi pusat ibu kota kerajaan kesultanan Banjar. oleh Masyarakat sendiri mengenal wilayah tersebut sebagai Banjar Lama.
Mesjid Sultan Suriansyah di perkirakan dibangun antara rentang tahun 1526-1550 di masa pemerintahan Sultan Suriansyah dan merupakan salah satu masjid tertua yang berada di Kalimantan Selatan.
Peninggalan sejarah Kerajaan Banjar selanjutnya yaitu Masjid Al-Karomah. BerLokasi di Kota martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.
Masjid Al-Karomah mulai dibangun pada tahun 1863 dan menjadi Masjid yang paling besar di Kalimantan Selatan. Sebelum dikenal sebagai Masjid Agung Al Karomah, mesjid ini dahulu di kenal dengan Masjid Jami’ Martapura.
Meskipun Masjid Al-Karomah telah mengalami banyak renovasi, tapi struktur utama mesjid Al-Karomah sendiri masih tetap dipertahankan.
Dahulu struktur utama penyangganya menggunakan kayu ulin. Namun sekarang, masjid ini sudah dipugar dan diganti dengan menggunakan beton. Masjid ini sangatlah besar sehingga mampu menampung lebih dari 21 ribu jemaah.
Dilihat dari segi arsitekturnya, bangunan ini mengikuti bentuk dari Masjid Agung Demak. Pola ruangnya pun juga terinspirasi dari masjid peninggalan Kesultanan Demak. Selain digunakan untuk tempat peribadatan, penyebaran agama Islam, masjid ini di gunakan sebagai benteng pertahanan bagi para pejuang dalam melawan Belanda.
Peninggalan sejarah lainnya merupakan Komplek makam para raja-raja yang pernah menduduki singgasana Kerajaan Banjar dan ulama. Pertama makam milik Sultan Suriansyah.
Terletak 500 meter dari Masjid Sultan Suriansyah. Selain makam milik sang pendiri Kesultanan Banjar, di area ini juga disemayamkan beberapa keluarganya seperti Ratu Intan Sari, Sultan Rahmatullah, Sultan Hidayatullah, dan masih banyak lagi.
Pada tahun 1984 Kompleks pemakaman keluarga Sultan Suriansyah ini pernah mengalami pemugaran. Fokus dari pemugaran ini untuk mengganti cungkup-cungkup lama.
Salah satu makam dengan sejarah yang panjang adalah makam Pangeran Ratu Sultan Sulaiman yang dahulu merupakan raja.
Makam tersebut terletak di Banjar, Kalimantan Selatan. Sultan Sulaiman yang dijuluki Sultan Muda telah memegang kerajaan Banjar sejak 1801 hingga 1825, kemudian wafat pada 3 Juni 1825.
Sultan Mustain Billah bin Sultan Hidayatullah I adalah seorang tokoh krusial dalam sejarah Banjar. Tak heran, makamnya pun menjadi salah satu bukti peninggalan Kerajaan Banjar yang wajib dikunjungi.
Konon, di masa hidupnya Sultan Mustain Billah bermaksud mendirikan kembali kerajaannya yang dihancurkan Belanda. Sayangnya, makam ini sempat ditinggalkan tanpa perawatan sama sekali. Barulah pada 2015, mulai diupayakan pemugaran, dan pada 2021, makam ditetapkan sebagai cagar budaya.
Peninggalan yang kelima berasal dari Kerajaan Banjar yaitu makam Sultan Mustakimbillah.
Sultan Mustakimbillah merupakan gelar untuk Pangeran Senapati yang menjadi Sultan Banjar IV pada tahun 1595 hingga 1642. Lokasi Makam tersebut dapat ditemukan di Desa Tangkas, Kecamatan Martapura Barat, Kab. Banjar, Kalimantan Selatan.
Terletak di Desa Tangkas Kecamatan Martapura Barat, Martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan Makam Sultan Mustakimbillah dapat di temukan. Makam Sultan Mustakimbillah menjadi makam terakhir dari 5 makam Raja yang telah ditemukan.
Konon, kabarnya saat pertama kali makam tersebut ditemukan berada di bawah kaki pohon kasturi.
Makam Sultan Inayatullah dapat dijumpai di Desa Dalam Pagar, Martapura Timur, pada Kalimantan Selatan. Nama asli dari Sultan Inayatullah adalah Pangeran Dipati Tuhan I. Beliau merupakan Raja kesultanan Banjar yang memerintah sejak tahun 1636 – 1645.
Berikut ini mkam ulama Fiqih mazhab Syafi’i yang berpengaruh dalam penyebaran agama Islam khususnya di Banjar yaitu Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari.
Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari lahir pada tahun 1122 hijriah dan wafat pada tahun 1812 di Dalam Pagar. Karyanya Syekh yang terkenal merupakan sebuah kitab yang berjudul Sabilal Muhtadin.
Dan peninggalan sejarah yang lain dari Kerajaan Banjar yang dapat kamu simak di artikel ini adalah Kitab Sabilal Muhtadi. Naskah tersebut dikarang oleh Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari.
Ia adalah salah satu ulama fikih yang sangat berpengaruh dalam menyebarkan agama Islam di Kerajaan Banjar. Ia meninggal pada tahun 1812 dan dimakamkan di Dalam Pagar, Kabupaten Banjar.
Kitab tersebut ditulis pada masa pemerintahan Sultan Tamjidullah, tepatnya pada tahun 1779 Masehi. Isinya adalah tentang ilmu fikih yang terkandung dalam madzhab Syafi’i.
Sabilal Muhtadin lit-Tafaqquh fi Amrid-din atau dikenal dengan Sabilal Muhtadin adalah sebuah kita yang ditulis oleh Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Sabilal Muhtadin lit-Tafaqquh fi Amrid-din sendiri artinya jalan bagi orang-orang yang mendapat petunjuk untuk mendalami urusan agama.
Kitab ini adalah salah satu peninggalan kerajaan Banjar yang masih bisa masyarakat lihat hingga saat ini. Kitab ini ditulis pada tahun 1779 Masehi atau sekitar 1193 Hijriah, yaitu pada zaman pemerintahan Sultan Tamjidullah. dKitab ini sendiri berisi ilmu fikih berdasarkan Mazhab Syafi’i.
Ada museum yang berada di Kota Banjarbaru namanya Museum Lambung Mangkurat. Pada museum tersebut terdapat beberapa peninggalan sejarah kerajaan banjar yang meliputi, Batu, Ukiran Kayu Ulin, Prakakas Pertanian, Perlengkapan Rumah Tangga, Alat Musik Tradisional dan beberapa peninggalan yang bersejarah sejarah.
Karena Dahulu kala, Kesultanan Banjar dikenal sebagai kerajaan dagang yang cukup terkenal. Kesultanan Banjar mampu menghasilkan berbagai perkakas yang terbuat dari besi dan logam yang berpusat di daerah Negara.
Semoga artikel ini bisa menambah wawasan dan pengetahuan kamu.