Sejarah Kerajaan Medang Kamulan

Kerajaan Medang Kamulan merupakan kerajaan yang dibangun oleh Mpu Sindok dan terletak di Sungai Brantas yang memiliki ibukota Wantas Mas. Kerajaan tersebut merupakan kerajaan yang bercorak Hindu.

Kebanyakan orang menyebut nama Kerajaan Mataram Kuno atau Kerajaan Mataram Hindu adalah Kerajaan Medang. Kerajaan Medang Kamulan merupakan kerajaan yang berdiri setelah Kerajaan Mataram Kuno runtuh.

Biasanya Penggunaan nama Kerajaan Medang hanya pada periode Jawa Timur. Tapi menurut prasasti-prasasti peninggalan kerajaan ini, Kerajaan Medang pertama kali di dirikan di Jawa Tengah yang pendirinya ialah keturunan dari Kerajaan Mataram Kuno Mpu Sindok dari Dinasti Sanjaya.

Dalam artikel kali ini saya akan membahas Sejarah Kerajaan Medang Kamulan, mari kita simak.

Sejarah Kerajaan Medang

Kadang Kerajaan Medang Kamulan disebut sebagai kerajaan lanjutan dari Kerajaan Mataram Kuno.

Sumber unsplash.com

Sebenarnya ibukota dari Kerajaan Mataram Kuno atau Mataram Hindu ialah Medang Kamulan. Nama kamulan ini merupakan perubahan dari suku kata “kamulyaan” atau “kemuliaan”. Tapi, para peneliti ada yang mengatakan bahwa Medang Kamulan merupakan ibukota dari Kerajaan Jenggala atau Kerajaan Kediri.

Kerajaan Medang kamulan merupakan kerajaan yang berdiri pada abad ke-8 dan didirikan oleh seorang awalnya pejabat istana mataram kuno yaitu Mpu Sindok.

Pada saat itu Jabatan Mpu Sindok cukup penting karena mempunyai posisi tertinggi sesudah raja yang bergelar Rakryan Mapatih Hino atau Rakryan Mahamantri i Hi.

Dengan Keruntuhan Kerajan Mataram Kuno, memberi kesempatan untuk Mpu Sindok untuk mendirikan Kerajaan Medang Kamulan dan membentuk Dinasti Isyana atau Wangsa Isyana.

Dinasti Isyana bisa dikatakan dinasti ketiga dalam sejarah Kerajaan Mataram Kuno, setelah Mpu Sindok mendirikan istana baru di daerah Tamwlang pada tahun 929.

Dalam prasasti peninggalan Mpu Sindok menjelaskan dengan tegas menjelaskan bahwa kerajaannya merupakan kelanjutan dari Kadatwan Rahyangta i Medang i Bhumi Mataram.

Raja terakhir Kerajaan Mataram kuno yaitu Sri Maharaja Dyah Wawa dulunya juga seorang yang menjabat pegawai pengadilan atau Sang Pamgat Momahumah yang melakukan Pemberontkan ke Sri Maharaja Dyah Tulodhong. ia Dyah Wawa bergelar Medang i Bhumi Mataram.

Kerajaan Medang kamulan berdiri di Jawa Tengah, tepat setelah Sri Maharaja Dyah Wawa turun tahtah, yang sekarang terletak di daerah Madiun.

Pemindahan kerajaan ke Jawa Timur pada abad ke-10, melibatkan banyak hal dan sangat diperhitungkan. Tapi yang jadi faktor utamanya dari faktor topografi.

Karena meletusnya Gunung Merapi yang berada di Jawa Tengah. Bencana besar ini tercatat dalam sejarah. Musibah Gunung meletus menghancurkan ibu kota Kerajaan Medang.

Penduduk menamai peristiwa besar tersebut dengan nama “Pralaya medang”. Faktor pemindahan kerajaan karena hanya bencana letusan gunung mengakibatkan kerajaan yang harus dipindahkan ke Jawa Timur.

Baca Juga :

Lokasi, Letak Geografis Dan Peta Wilayah Kerajaan Medang

Lokasi kerajaan Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa Kerajaan Medang yang pada awalnya berdiri di Jawa Tengah atau Mdanj i Bumi Mataram.

Sumber Wikipedia.com

Tapi, lokasi awalnya tidak diketahui dengan tepat dimana, tapi diperkirakan berada di sekitar Yogyakarta dan Candi Prambanan. Lalu kerajaan berpindah ke Poh Pitu dan Mamrati.

Dan pada abad ke-10 berdasarkan ditemukannya beberapa prasasti, Kerajaan Medang pindah ke Jawa Timur dengan lokasi yang bermuara di Sungai Brantas. Ibukota bernama Watan Mas.

Di saat raja pertama Mpu Sindok berkuasa, wilayah kekuasaannya meliputi wilayah Malang sebelah selatan, Pasuruan sebelah timur, Nganjuk sebelah barat dan Surabaya sebelah utara.

Hebatnya lagi Kerajaan Medang kamulan hampir menguasai wilayah Jawa Timur dan berhasil mempengaruhi daerah lain hingga Indonesia Timur.

Silsilah (Raja-Raja) Kerajaan Medang

Berikut ini dari Dinasti Isyana, Raja-raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Medang Yaitu:

Foto by unsplsh

1 Mpu Sindok (929 – 949 M)

Sebagai raja pertama Mpu Sindok mendapat gelar Sri Maharaja Rakai Hino Sri Isyana Wikrama Dharmatunggadewa, beliau memerintah kerajaan medang selama 20 tahun

Raja Mpu Sindok dibantu oleh istrinya yaitu Sri Wardhani Pu Kbin putri dari Dyah Wawa raja terakhir Kerajaan Mataram Kuno. Mpu Sindok merupakan keturunan langsung Mataram Kuno dari Dinasti Sanjaya di Jawa Tengah.

Sebagai raja pertama Berbagai usaha dilakukan Mpu Sindok untuk memperluas daerah kekuasaannya dan memakmurkan kerajaannya. Di antaranya membangun bendungan perairan dan waduk.

Tapi, Mpu Sindok melarang warganya untuk memancing ikan di waduk tersebut agar dapat melestarikan sumber daya alam yang ada.

2 Raja Sri Isyana Tunggawijaya (947-9xx )

Selanjutnya Sri Isyana Tunggawijaya merupakan raja perempuan yang memerintah pada tahun 947 di Kerajaan Medang. Di masa pemerintahannya, Sri Isyana Tunggawijaya dibantu oleh suaminya yaitu Sri Lokapala.

Tidak ada informasi mengenai masa pemerintahannya, Tapi berdasarkan temuan Prasasti Pucangan, putra mereka yang bernama Sri Makuthawangsawardhana melanjutkan tahta sebagai raja ke 3.

3 Sri Makutawangsawardhana (9xx-985 M)

Raja Kerajaan Medang Kamulan Selanjutnya Sri Makutawangsawardhana sekitar sebelum tahun 990 masehi. Sri Makutawangsawardhana memiliki seorang putri bernama Mahendradatta.

Sama seperti sri Isyana Tunggawijaya Tidak banyak pula informasi mengenai masa pemerintahannya. Sumber mengenai kehidupannya diketahui dari Prasasti Pucangan.

Para sejarawan mengatakan bahwa Makutawangsawardhana memiliki dua orang anak yaitu Mahendradatta dan seorang lagi bernama Dharmawangsa. ini diperkuat dengan temuan prasasti Sirah Keting yang menyebutkan bahwa Dharmawangsa merupakan keluarga Wangsa Isyana.

Kemudian Mahendradatta menjadi permaisuri dengan Udayana raja Bali dan Dharmawangsa Teguh menggantikan posisi Sri Makutawangsawardhana menjadi raja ke 4 Kerajaan Medang Kamulan.

4 Dharmawangsa Teguh (990 – 1016 M)

Raja Dharmawangsa dikenal sebagai seorang figur raja yang tegas dan terkenal dengan pandangan politik yang tajam. Selama masa pemerintahannya Dharmawangsa bertekad bisa menguasai ekonomi seluruh Jawa Timur hingga Asia Tenggara.

Tapi, beliau merasa terganggu dengan kuatnya ekonomi dari Kerajaan Sriwijaya di Pulau Sumatra. Kedua kerajaan besar ini akhirnya saling bersaing ini menguasai ekonomi Asia Tenggara.

kedua kerajaan ini pun mengirimkan utusannya ke Tiongkok yang saat itu dalam kekuasaan Dinasti Song. Utusan Kerajaan Sriwijaya berangkat pada tahun 988, ketika hendak pulang mereka tertahan di pelabuhan Kanton karena negerinya di sumatra diserang Kerajaan Medang kamulan.

Dan pada tahun 992 utusan pasukan Kerajaan Sriwijaya kembali ingin pulang tapi masih terhenti di kerajaan Campa, karena terjadi penyerangan di negerinya.

Pada tahun 992 Utusan Kerajaan Medang akhirnya dikirim oleh Raja Dharmawangsa Teguh setelah ia naik takhta pada 991 M.

Dan Pada tahun yang sama tahun 992 Kerajaan Medang mampu menguasai Palembang, tapi pasukan kerajaan medang mampu dikalahkan oleh pasukan Sriwijaya.

Prasasti Hujung Langit pada 997 M menyatakan ada serangan yang terjadi di Sumatra yang dilakukan oleh kerajaan Jawa.

Dikisahkan Dharmawangsa Teguh sedang menikahkan putrinya dengan seorang pangeran berdarah jawa-bali bernama airlangga, Saat itu istana sedang bergembira karena tengah melaksanakan pesta.

Tanpa sepengetahuannya tiba-tiba istana diserang Wurawari dari Lwaram dengan dukungan dan bantuan Kerajaan Sriwijaya. Konon Raja Wurawari memiliki dendam pada Dharmawangsa.

Serangan yang mendadak ini mengakibatkan Kematian yang tragis terjadi pada Dharmawangsa Teguh dan para kerabat kerajaan yang dikenal dengan peristiwa “Mahapralaya” atau “kematian besar”.

5 Airlangga(1019 – 1042 M)

Airlangga Bergelar abhiseka Sri Maharaja Rakai Halu Sri Dharmawangsa Airlangga Anantawikramatunggadewa. Airlangga di angkat sebagai raja kerajaan medang pada tahun 1019. Ia lahir pada tahun 990.

Ayah Airlangga bernama Udayana, raja Kerajaan Bedahulu, Bali. Dan sang Ibu bernama Mahendradatta, seorang putri Sri Makutawangsawardhana raja ke 3 dari Kerajaan Medang.

Beliau Besar dengan dua adiknya yaitu Marakata dan Anak Wungsu yang jadi raja Bedahulu Bali secara bergantian pada tahun 1011 M dan tahun 1022 M.

Kemudian Beliau dinikahkan pada umur yang sangat belia 16 tahun, pada 1006. Calon istri Raja Airlangga merupakan putri pamannya Raja Dharmawangsa Teguh bernama Galuh Sekar.

Penyerangan ke istana

Ketika pesta pernikahan berlangsung di Watan ibu kota Kerajaan Medang, Terjadi serangan dan luluh lantakkan istana medang. Serangan ini di lakukan oleh Raja Wurawari yang berasal dari Lwaram yang merupakan vasal dari kerajaan medang.

Dalam serangan ini Kerajaan Wuruwari dan Kerajaan Sriwija berkerja sama untuk menggulingkan Kerajaan Medang Kamulan. Konon Raja Wurawari ini memiliki dendam pada Dharmawangsa perihal lamaran raja.

Sayangnya, pada penyerangan ini mengakibatkan semua keluarga besar Raja Dharmawangsa Teguh mati, termasuk putrinya Galuh Sekar dan menghancurkan istana. karena Peristiwa ini membuat rakyat Kerajaan Medang Kamulan terpisah-pisah.

Untungnya Raja Airlangga berhasil kabur bersama pengikutnya yaitu Mpu Narotama. Dalam pelariannya selama berhari-hari mereka menuju pengunungan “Wanagiri” dan berteduh di sebuah gua.

Beliau Terpaksa bersembunyi selama Lebih dari tiga tahun. Masa pertapaan pun mereka jalani dengan semampu mereka dari Bertahan hidup seadanya di hutan dan gunung pun harus mereka dilakukan.

Airlangga merasa gelisah ketika ada seorang utusan rakyat yang datang menghampirinya ke hutan. Ia membawa pesan dari rakyat Medang yang masih setia padanya. Mereka mengatakan keadaan kerajaan medang belum terjamin.

Orang-orang jahat berpesta-pora menindas rakyat yang lemah dan yang tidak memiliki kekuasaan apapun. Dengan semangat membara dan bantuan dari pengikutnya serta nasib rakyat yang harus di sejaterahkan, Airlangga memutuskan untuk kembali untuk merebut Kerajaan Medang.

Dan saat itu juga Airlangga dinobatkan sebagai raja 5 kerajaan medang. Pekerjaannya sebagai raja tidaklah mudah menyatukan kembali kerajaan yang sempat hancur bukanlah perkara mudah.

Ada beberapa bupati yang membandel tidak ingin kembali menjadi satu kerjaraan. Akhirnya setelah perjalanan waktu, banyaknya peperangan dan pertumpahan darah sana-sani para bupati yang membandel tunduk dan taat pada pemerintahan Raja Airlangga.

Kehidupan Di Kerajaan Medang

Seluk-beluk kehidupan di Kerajaan Medang dapat ditinjau dari beberapa aspek kehidupan masyarakatnya.

Foto by unsplas

Ada 4 aspek kehidupan masyarakat medang yakni, Berikut ini penjelasannya.

1 Kehidupan Politik Kerajaan Medang

Sistem pemerintahan Kerajaan Medang seperti monarki pada umumnya yaitu menurunkan tahtanya pada keturunan selanjutnya. Namun Hanya ada lima raja yang pernah berkuasa, Tapi kelima raja tersebut mampu membuat kerajaan yang dibawahi menjadi besar dan makmur.

Sang pendiri kerajaan Mpu Sindok berkuasa selama 20 tahun, mulai tahun 929 M – 949 M, terkenal dengan kebijakan dan ketertarikan beliau terhadap sastra. Terbukti dari beberapa prasasti peninggalannya.

Sedangkan Raja Dharmawangsa 990 M – 1016 M ,Terkenal raja dengan pandangan politiknya yang tajam. Serta melakukan perubahan besar dalam sektor pertanian dan perdagangan kerajaan medang. Tapi dihalangi oleh Kerajaan Sriwijaya.

Setelah kematian raja Dharmawangsa, ia digantikan oleh menantunya yang cukup lama berkuasa di bandingkan raja- raja sebelumnya. yaitu Raja Airlangga yang berkuasa dari 1019 M – 1042 M. selama era kepemimpinannya Airlangga sangat memperhatikan kehidupan rakyatnya.

Ia membangun Waduk Waringin Sapta untuk pencegahan banjir dan membangun jalan untuk memudahkan akses bagi rakyatnya. Raja Airlangga juga berhasil menaklukkan kerajaan yang berada di sekitar wilayahnya. Dan Penaklukan ini dilakuakn secara berkala.

Di Mulai pada tahun 1029 Arilangga dan pasukannya menklukan Raja Bisaprabhawa. Lalu setahun kemudian 1030 berhasil menduduki kerajaan yang di pimpin Raja Wijayawarman. dan DI Tahun depannya tepatnya 1031 mengalahkan Raja Adhamapanuda.

Dan pada akhinya tahun 1035 Raja Arilangg berhasil membalaskan dendamnya pada Raja Wurawari yang melakukan penyerangan dan membunuh istri dan keluarganya di hari pernikahanya.

Meskipun kondisi politik kerajaan medang kamulan yang berprinsip meneruskan tahta raja berdasarkan garis keturunannya.Kerajaan ini hanya memiliki 5 raja saja yang salah satunya termasuk seorang wanita. Tampaknya tidak berdampak karena kerajaan ini terbilang kerajaan yang sangat maju dan bisa berkuasa dengan cukup lama beserta wilayah kekuasaan yang memang cukup luas.

2 Kehidupan Bidang Ekonomi Kerajaan Medang Kamulan

Dalam Bidang ekonomi Kerajaan Medang Kamulan bisa dibilang berjalan dengan baik, apalagi pada bidang perdagangan. Bukan hanya itu hasil laut yang melimpah. Sehingga masyarakat yang ada sangat makmur dan menyenangkan.

Karena perdagangan sangat dikenal, hal ini menyebabkan rasa iri dari Kerajaan Sriwijaya, dimana kerajaan tersebut berusaha untuk menyaingi kerajaan Medang Kamulan. Sehingga terjadilah peperanga, dalam Peperangan tersebut dimenangkan Kerajaan Sriwijaya dan membuat kondisi ekonomi yang berada di wilayah Medang semakin merosot dan jatuh.

Karena itu raja Mpu Sindok sengaja memindahkan kerajaannya di dekat Sungai Berantas. Yang bertujuan supaya rakyatnya bisa menjadi nelayan, dan menjadi daerahnya sebagai pusat pelayaran dan perdagangan di Jawa Timur.

Di saat Dharmawangsa menjadi raja, perdagangan Medang menjadi lebih terkenal bahkan hingga keluar Jawa. Bahkan jadi pusat pelayaran di daerah Indonesia Timur.

Sayangnya, karena penyerangan yang dilakukan Raja Wurawari. Perekonomian kerajaan medang jadi kacau.

3 Kehidupan Sosial Budaya Kerajaan Medang

Sejak masih muda Mpu Sindok sudah tertarik dengan bidang sastra. Di buktikan dengan Ia pun menuliskan dan menyusun kitab Sanghyang Kamahayanikan (Kitab Suci Agama Buddha), sedang beliau sendiri beragama Hindu.

Raja Airlangga juga dikenal karena memiliki kepedulian yang tinggi terhadap rakyatnya. Termasuk kepedulian nya terhadap karya sastra, yang bertujuan melindungi sastrawan , para pujangga dan para seniman dari kerajaan medang.

Pada Masa pemerintahan Airlangga, Mpu Kanwa menuliskan sastra Arjuna Wiwaha. Ada juga seni wayang yang berkembang dengan baik. Baik Dari Cerita pewayangannya terkadang mengambil sastra Ramayana dan Mahabharata yang sudah terpengaruh dengan budaya Jawa.

4 Kehidupan Agama Kerajaan Medang

Kerajaan Medang Kamulan merupakan kerajaan yang bercorak Hindu, karena sistem kepercayaan yang ada pada masyarakat berasal dari Raja Mpu Sindok yang merupakan penganut Hindu Siwa.

Maka saat Kerajaan Medang yang dipimpin Mpu Sindok beragama Hindu Siwa. Dan setelah pemerintahan Raja Airlangga, Kerajaan Medang diketahui beragama Hindu Waisnawa.

Ini berdasarkan dari penemuan arca Wisnu yang menaiki garuda. Pada akhir pemerintahannya Airlangga mengundurkan diri, tapi sebelumnya ia membangun tempat bertapa untuk anaknya Sanggramawijaya di daerah Pucangan.

Masa Kejayaan Kerajaan Medang

Masa Kejayaan kerajaan Medang kamulan terjadi saat Raja Airlangga yang berkuasa. Raja Airlangga menjadi raja terkenal di Kerajaan Medang. Hal tertulis dalam sastra karya Mpu Kanwa dengan judul Arjuna Wiwaha.

Berhasil mengalahkan kerajaan di sekitar wilayahnya Raja Airlangga semakin berusaha dengan keras memulihkan kewibawaan kerajaannya. Airlangga juga berhasil memindahkan pusat pemerintahannya ke daerah Kahuripan.

Berikut ini Usaha-usaha yang dilakukan Raja Airlangga untuk meningkatkan kemakmuran kerajaannya :

  • Membangun Waduk Waringin Sapta untuk mencegah terjadinya banjir musiman.
  • Membangun jalan-jalan yang menjadi penghubung pasar pesisir ke pusat kerajaan.
  • Melakukan perbaikan pelabuhan hujung Galuh, di muara Kali Brantas.

Penyebab Runtuhnya Kerajaan Medang

Keruntuhan Kerajaan Medang kamulan terjadi saat Airlangga memilih untuk menjadi seorang pertapa. lalu Ia bertapa dan mendalami agama Wisnhu di Gunung Penanggungan.

Setelah keluar dari persembunyiannya lalu Airlangga menikahi seorang putri dari Kerajaan Sriwijaya yaitu putri Sanggramawijaya.Dari Pernikahan politik ini dimanfaatkan sebaik mungkin. Diantaranya yaitu untuk keamanan dan agar dia bisa leluasa membangun kembali kerajaannya.

Sang Putri Mahkota Raja Airlangga yaitu Sanggramawijaya Tunggadewi (Prasassti Turun Hyang 1035) menolak menjadi raja dan mengikuti jejak sang ayah menjadi pertapa dengan gelar yang tersemat “Ratu Gitu Putri”.

Karena itu Akhirnya Raja Airlangga membagi dua kerajaan yang di berikan pada dua putranya dari selirnya.

Pertama Sri Samarawijaya berhak atas kerajaan sebelah barat di sebut kerajaan Kadiri (Panjalu) dengan ibukota Daha. Kedua Mapanji Garasakan menguasai kerajaan timur di sebut kerajaan Janggala dengan ibukota Kahuripan.

Pembagian kerajaan ini bertujuan untuk mencegah terjadinya perang saudara.

Semoga artikel ini bisa menambah pengetahuan dan wawasan kamu.

Share your love

2 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *